Minggu, 05 Februari 2017

Kisah Perjuangan Wanita “Banting Tulang” Menambang Pasir di Aceh Selatan

HARIANACEH.co.id, ACEH SELATAN – Para perempuan harus membanting tulang bekerja mengumpulkan pasir dan kerikil di pantai Desa Kampung Baru untuk membantu ekonomi keluarga, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan.

Asmiar, perempuan yang ditemui di lokasi, Jumat (3/2) menuturkan, kegiatan mengumpulkan pasir dan kerikil dijalaninya bersama puluhan perempuan lain sejak puluhan tahun silam.

"Saya bekerja seperti ini untuk membantu suami yang juga bekerja di lokasi yang sama demi terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga. Tapi ada juga sebagian perempuan lain yang memang benar-benar menggantungkan hidupnya bekerja mengumpulkan pasir dan kerikil karena sudah berstatus janda demi menghidupi anak-anaknya," ungkap Asmiar.

Bersama rekan-rekannya, Lasmi dan Umi, Asmiar menjelaskan bahwa rutinitas mereka bekerja mengumpulkan pasir dan kerikil dimulai sejak pagi hingga menjelang magrib.

Pekerjaan laki-laki itu mereka lakoni. Terkadang, ketika sang suami mereka berhalangan datang di lokasi, maka pekerjaan mengumpul pasir dan kerikil itu terpaksa mereka lakukan sendiri.

"Pekerjaan ini kami lakukan, karena tidak ada pekerjaan lain, sementara anak-anak perlu biaya pendidikan. Saya membantu suami mengumpulkan pasir maupun kerikil, kebetulan hari ini suami saya berhalangan datang, sehingga saya sendiri yang mengumpulkannya," imbuh Asmiar.

Menyinggung berapa kemampuan untuk mengumpulkan pasir dan kerikil, Asmiar menjelaskan sangat tergantung kesanggupan mereka melangsir pasir atau kerikil dari pinggir laut ke pinggir jalan setapak yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai.

Satu mobil pick-up biasanya berisi material pasir atau kerikil sebanyak 15 lori.

"Jika kondisi fisik sedang sehat, kadang-kadang bisa terkumpul 2 – 3 mobil pick-up ukuran kecil, namun jika sedang tidak sehat bisa hanya 1 atau 2 mobil perharinya," tuturnya.

Selain tergantung kondisi fisik, lanjut Asmiar, pengumpulan material pasir dan kerikil sangat bergantung dengan permukaan air laut, karena jika ombak sedang besar dan air laut sedang pasang, akan menyulitkan pihaknya dalam mengumpulkan material pasir dan kerikil.

"Sebab jika ingin mendapatkan material pasir atau kerikil kualitas super (yang terbaik) maka para penambang harus mengambilnya dari dalam air laut, sehingga jika kondisi ombak sedang ganas atau air laut sedang pasang, maka sangat menyulitkan para penambang bekerja," ungkapnya.

Dia menyebutkan, untuk satu mobil pick-up ukuran kecil harga pasir atau kerikil senilai Rp50.000. Namun jumlah sebesar itu tidak seluruhnya mereka terima, karena ada terjadi pemotongan sebesar Rp 5000 untuk retribusi yang menjadi pendapatan asli desa (PAD) setempat. (arah.com)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search