TEMPO.CO, Jakarta - Memantau sistem transportasi di Jakarta beberapa tahun belakangan memunculkan ide brilian di benak Arlene Nathania Chryssilla. Perempuan 32 tahun itu melihat sistem pemesanan taksi dan ojek semakin mudah dengan hanya bermodalkan telepon seluler. Begitu pula dengan pembangunan fasilitas pejalan kaki dan pengendara sepeda yang terintegrasi dengan fasilitas taman di Jakarta.
Kondisi itu memberikan inspirasi bagi Arlene dan tiga rekannya untuk membuat aplikasi Squee pada ponsel. Tiga rekan Arlene itu adalah Edy Haryono, Dicke Nazzary Akbar, dan Marissa Pudjiadi. Aplikasi ini menjadi navigasi agar pejalan kaki dan pengendara sepeda di Jakarta memperoleh rute perjalanan yang lebih singkat serta bebas dari kendaraan bermotor.
"Kami menyatukan komunitas pejalan kaki dan pengendara sepeda di Jakarta dengan saling bertukar informasi sekaligus menjadi navigasi," ujar Arlene. Nama Squee berawal dari fungsinya mencari "jalan tikus" dan "berjalan-jalan bersama." Kemudian Arlene dan tim mencari nama yang memiliki asosiasi dengan bunyi atau suara yang memiliki elemen komunikasi sosial, misalnya "memanggil" atau "berseru".
Waktu itu ada sejumlah alternatif nama, tapi yang terpilih adalah Squee. Alasannya, mereka ingin nama aplikasi itu pendek serta catchy dan mudah diingat. Selain itu, kata Arlene, "Squee memiliki arti yang positif dan ceria."
Aplikasi seperti Squee, menurut Arlene, menjadi penting karena Jakarta sudah memiliki sistem transportasi dengan transit point—tidak berhenti di sembarang titik. Penggunaan sistem transit mengharuskan pengguna kendaraan umum berjalan kaki atau naik sepeda ke satu titik pemberhentian. Karena itu, Arlene mencari cara agar pengguna kendaraan umum yang berjalan kaki atau naik sepeda bisa sampai di titik transit dengan mudah tanpa khawatir terjebak macet. Lahirlah ide untuk menghadirkan aplikasi yang menyediakan informasi mengenai jalur alternatif, atau yang biasa disebut jalan tikus oleh masyarakat.
Pengguna (user) aplikasi Squee yang memasukkan data dikenal dengan nama crowd sourcing. "User yang akan memberikan kita input. Semakin banyak user yang aktif, semakin akurat datanya," kata Arlene. Mereka sengaja tidak menggunakan survei jalur secara manual agar lebih efektif dan sesuai keadaan pengguna jalan di lapangan.
Ide aplikasi Squee mengantarkan Arlene dan timnya memenangi Jakarta Urban Challenge 2015. Namun hal itu tak lantas membuat mereka bersantai-santai. Bersama timnya, kandidat doktor pada bidang urban planning di HafenCity Universität (HCU) Hamburg, Jerman, itu tertantang untuk terus melakukan inovasi agar aplikasi Squee kian sempurna.
CHETA NILAWATY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar