Selasa, 31 Mei 2016

Kisah Cinta yang Bersemi di Panti Lanjut Usia

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang nenek sedang duduk di dipan kecil ketika seorang kakek masuk ke dalam kamar yang berukuran 3 x 4 meter. Lalu mereka duduk berdampingan dan sang nenek melipat sajadah yang diberikan kakek berambut putih dan meletakkan di pangkuannya.

Ada dua dipan kecil yang diletakkan berseberangan serta satu lemari kayu warna coklat dan dua kursi plastik dalam kamar tersebut.

"Saya baru menempati kamar ini dua bulan setelah menikah dengan ibu Ismawati," kata kakek yang bernama Sujoko kepada Kompas.com Senin (30/5/2016).

Sujoko dan Ismawati adalah penghuni Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang berada di Jalan Jember Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Saat ini ada 70 lansia yang tinggal di bangunan yang dikelola oleh Dinas sosial Provinsi Jawa Timur tersebut.

Kisah cinta kakek dan nenek tersebut berawal ketika Ismawati masuk kedalam panti tersebut pada pertengahan 2015 lalu diantar oleh tetangganya karena ia tidak memiliki kerabat yang merawatnya.

"Waktu itu pak RT bilang wes manggon (tinggal) di panti saja enak ada yang ngerawat dan banyak temen-nya. Tapi saya nolak takut ada ganggu soalnya kan sudah tua. Mata saya ini sudah enggak keliatan," kata Ismawati kepada Kompas.com.

Setelah berpikir panjang akhirnya dia menyetujui usulan tetangganya tersebut karena kalau di rumah sendirian ia takut ada yang mencelakai. Ia bercerita suami pertamanya meninggal saat beribadah haji dan dimakamkan di Mekah.

Pada pernikahannya yang pertama ia tidak memiliki anak. Ia kemudian tinggal sendiri di rumah warisan dari suami pertamanya.

"Sebelum meninggal suami saya yang pertama pesan kalau ia meninggal dulu saya nggak boleh menikah lagi kecuali sama orang yang agamanya bener bener baik. Dan saya megang janji itu. Bertahun tahun saya tinggal sendiri," jelas perempuan yang usianya sudah mendekati 70 tahun tersebut.

Di Panti Lanjut Usia, pertama kali ia tinggal di kamar bersama dengan rekannya sesama perempuan. Saat itu Sujoko yang saat ini menjadi suaminya sudah lebih dulu tinggal di panti tersebut. Sujoko sering membangunkannya dan mengingatkan jika saatnya makan.

"Dia suka colek colek saya pas tidur bangunkan ngasih tau waktunya makan. Saya sempat marah. Kok kurang ajar sekali orang ini," katanya sambil tertawa.

Perasaan cinta itu tumbuh ketika Ismawati sakit dan Sujoko merawatnya dan membawakan makanan serta menyuapinya. "Saat itu bapak bilang dek piye (gimana) kalau kita nikah saja," jelasnya.

Tapi dia sempat menolak karena ingat dengan janjinya pada suami pertamanya. Perempuan asli Banyuwangi tersebut kemudian bercerita kepada pengurus Panti Lanjut Usia tentang permintaan untuk menikah.

"Pengurus bilang kalau Pak Joko baik dan shalatnya rajin. Akhirnya saya mau," katanya sambil tersipu menutupi mulutnya.

Berbeda dengan Ismawati, Sujoko mengaku memiliki dua anak dengan istri pertamanya. Tapi kedua anaknya tidak ada kabarnya. Sedangkan istrinya berangkat menjadi TKW ke Arab dan tidak pernah kembali. Dia mendapatkan kabar jika istrinya telah menikah lagi sana.

"Saya ini di Banyuwangi kan sendiri soalnya saya asli Malang. Pas lihat pertama Bu Ismawati ya langsung suka aja terus saya ajak nikah. Sempat ditolak tapi akhirnya di terima dibantu sama pengurus," jelasnya.

Sehari-hari, Sujoko bersama dengan penghuni panti lanjut usia yang masih kuat bercocok tanam di halaman depan dan belakang panti. Mereka menanam kacang dan ketela.

"Hasilnya lumayan dan biar badan ini nggak kaku kaku kalo dbuat tidur terus. Tapi yang penting saya selalu memastikan istri saya tidak telat makan. Saya akan jaga dia karena dia tidak punya siapa siapa lagi kecuali saya," katanya sambil memandang istrinya dan menggenggam jemarinya.

Pernikahan mereka dilakukan secara sederhana di aula panti dan dihadiri semua penghuni panti pada Maret 2016 setelah 8 bulan sejak pertemuan mereka untuk pertama kali.

"Ada tumpeng sama hiburan musik electone. Dikasih spanduk juga ada nama saya dan istri. Itu saya simpan di bawah dipan buat kenang kenangan, " kata Sujoko dengan sumringah. 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search