Liputan6.com, Cirebon - Lembah Ipukan di Gunung Ciremai berada pada ketinggian 1200–1400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tepatnya terletak di Dusun Palutungan, Cisantana, Cigugur Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Tak cuma keindahan alam saja yang tersaji di lembah ini. Di Air Terjun Cisurian, hiduplah sekelompok satwa endemik asli Jawa.
Satwa endemik itu adalah katak merah (Leptophryne cruentata). Pantauan Liputan6.com, Senin (30/5/2016), ada sekitar 20 ekor katak merah yang bermukim di kawasan air terjun Cisurian. Mereka menempel di bebatuan dan sekitar air terjun.
Spesies amfibi itu bisa ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Namun habitatnya kini juga terdapat di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Katak Merah menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Redlist mencatatnya dengan status critically endangered alias kritis. Namun, di Indonesia sendiri, katak merah masih luput dari daftar satwa yang dilindungi.
Katak yang juga dikenal dengan nama Bleeding Toad itu menyukai daerah dekat air yang mengalir deras di ketinggian antara 1.000–2.000 MDPL.
Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Mirza D Kusrini menyampaikan, jenis katak merah ini belum dapat dipastikan sebagai endemik asli Jawa Barat. Penelitian terbaru Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan amfibi itu juga ditemukan di Gunung Slamet, Jawa Tengah.
"Jadi, jenis ini tidak bisa dikatakan endemik Jawa Barat lagi walaupun kemungkinan masih masuk ke dalam endemik Jawa," tutur Mirza, Senin (30/5/2016).
Ia mengatakan, katak menjadi langka karena berbagai sebab, antara lain habitatnya hilang, terlalu banyak diburu, atau terkena penyakit. Walaupun penyebaran katak merah sekarang diketahui lebih luas, katak ini memiliki status rawan lantaran keberadaannya hanya dijumpai di pegunungan dekat perairan mengalir atau di kawasan air terjun.
Masalahnya, kondisi pegunungan yang dingin dan selalu basah baik bagi pertumbuhan jamur chytrid (Batrachocytrium dendrobatidis) yang menyebabkan penyakit chytridiomycosis penyebab kematian berbagai jenis katak di berbagai belahan dunia.
Berdasarkan penelitian LIPI, kata dia, jamur chytrid sudah ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan diketahui telah menyerang katak di sana. Meski demikian, dampaknya sampai saat ini tak mematikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar