Mujiana (kiri) besama suami (Foto: KlikSamarinda)
KLIKSAMARINDA.COM - Lima tahun lebih merantau di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), telah banyak liku dan pengalaman yang dijalani sosok perempuan satu ini. Sejak 2010, Mujiana, demikian nama ibu dari empat anak ini, menempuh laku sebagai tukang pijat keliling di Kota Tepian. Dengan olesan minyak khusus pada telapak tangan, mulailah ia bekerja.
Mujiana memang tidak pernah memilih profesi itu. Perempuan kelahiran Surabaya ini awalnya hanya melihat sang nenek pergi memijat di kampung.
Nah, sewaktu kecil itulah, demikian Mujiana mengenang, dirinya kerap melihat sang nenek pergi saat ada permintaan untuk memijat dari para tetangganya.
"Nenek saya, kan mijet. Ya, orang-orang keseleo, atau tulangnya patah. Tapi saya belum berani kalo tulang patah. Jadi turunan dari nenek. Waktu kecil, saya sering lihat nenek itu pergi-pergi kalau ada yang manggil mijat," ujar Mujiana, didampingi sang suami, dengan santun kepada KlikSamarinda pada Sabtu 18 Juni 2016.
Setelah sang nenek meninggal, secara tiba-tiba dengan sendirinya, Mujiana bisa memijat. Ada orang jatuh, keseleo. Lalu dia pun mampu memijatnya dan sembuh. Mujiana pun sempat merasa heran dengan keterampilan telapak tangannya itu.
Keterampilan telapak tangan dan jemari Mujiana memang jauh dari bangku sekolah ataupun kursus memijat profesional. Jauh sebelum menjadi tukang pijat, Mujiana mengaku pernah menjadi tukang jahit di pabrik sepatu, juru masak pada perusahaan katering, dan beragam profesi lainnya.
Tetapi, sejak hijrah ke Samarinda, Mujiana justru mensyukuri berkah dari telapak tangannya. Mujiana jadi kerap menangani warga yang pegal badan atau keseleo. Bahkan, imbuh Mujiana, dirinya pernah menangani penderita stroke untuk bisa pulih.
"Saya pernah nangani orang stroke. Rutin, tiap 3 hari sekali saya pijat. Alhamdulillah bisa sembuh," terang Bu Ana, sapaan akrabnya.
Nah, saat ini, Mujiana menggeluti sebagai tukang pijat keliling. Tinggal di Sempaja, Samarinda, ibu empat anak ini terus berjuang membantu orang-orang yang berkeinginan untuk bertubuh bugar berkat jasa pijatan tangannya. Bahkan, pelanggan Mujiana pun bukan orang sembarangan.
"Pak Jaksa pernah juga saya urut. Waktu itu katanya jatuh. Saya ditelepon istrinya di Jawa, "tolong Bu Ana, Bapak jatuh." Lalu, saya nengok kan di rumah sakit. Setelah selesai dirawat di rumah sakit, lalu saya urut. Rumahnya di Vorvo situ. Duduk saja ga bisa. Ya sekarang alhamdulillah," terang Mujiana.
Mujiana mengaku, keterampilan memijat yang dimilikinya menurun kepada lelakinya. Itu pun tanpa ajaran atau pelatihan khusus darinya.
"Anak saya yang kedua laki, Zainul namanya, sekarang mulai juga ngikutin mijit di Perum Angkatan Laut, Surabaya sambil berjualan," ujar Mujiana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar