Sabtu, 18 Juni 2016

Masjid Bondan, Masjid Satu Malam Syeh Datul Kahfi

DALAM rentang waktu satu malam, Bandung Bondowoso dan Sangkuriang membuat Candi Prambanan dan danau sekaligus perahu bagi perempuan yang dicintainya. Kisah serupa juga terjadi di wilayah Indramayu. Seorang pemuka agama bernama Syeh Datul Kahfi dipercaya masyarakat Desa Bondan Kecamatan Sukagumiwang berhasil membangun masjid bernama Masjid Darussajidin.

Namun, berbeda dari kisah Candi Prambanan dan Gunung Tangkuban Perahu, masjid tersebut bukan dibuat sebagai tanda cinta kepada kekasihnya, namun dengan alasan penyebaran agama Islam di Indramayu. Masyarakat setempat mempercayai masjid tersebut sudah berdiri sejak 1414 masehi seperti yang tertulis di kubah masjid.

Menurut juru pelihara masjid dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Banten, Edi Saputra, bangunan Masjid Darussajidin atau yang akrab disebut Masjid Bondan merupakan masjid tertua di Jawa Barat khususnya wilayah III Cirebon. "Makanya masjid ini dimasukkan dalam situs cagar budaya yang dilindungi pelestariannya oleh BPCB Banten," katanya, Minggu, 12 Juni 2016.

Edi menceritakan sedikit dari sekian banyak versi kisah berdirinya masjid tersebut. Menurutnya, perjuangan sang pendiri masjid yakni Syeh Datul Kahfi atau yang dipanggil juga Syeh Ali Mudin dihiasi banyak rintangan. Ia bahkan harus berduel dengan seorang pemimpin masyarakat setempat bernama Ki Geden Bondan.

Sang pendiri masjid hanya memakan setengah buah semangka selama proses pembangunan masjid tersebut. Buah semangka itu kini disimpan salah seorang tokoh masyarakat sebagai bukti kehebatan sang pendiri masjid.

"Perjuangannya menyebarkan agama Islam di Desa Bondan ini mendapat banyak rintangan. Dahulu kala di sini masyarakatnya menganut Budha. Setelah Ki Bondan dikalahkan dan masuk Islam semua masyarakat akhirnya memeluk agama Islam," kata Edi yang ditemui di dalam mesjid tersebut.

Kesaktian Syeh Datul Kahfi juga dibuktikan dengan dibuatnya Masjid Bondan dalam waktu satu malam saja. Masyarakat setempat menurut Edi mempercayai sang pendiri mesjid hanya memakan setengah buah semangka selama proses pembangunan masjid tersebut. Buah semangka itu kini disimpan salah seorang tokoh masyarakat sebagai bukti kehebatan sang pendiri masjid.

Masjid seluas 9x9 meter persegi itu dibuat seluruhnya menggunakan kayu jati. Hanya bagian kubah atau yang masyarakat setempat sebut momolo yang terbuat dari tanah liat. Tak ada ornamen mencolok pada dinding atau tiang-tiang penyangga masjid. Namun struktur bangunannya dipercaya sangat kokoh hingga bisa bertahan hingga sekarang.

"Sebagian besar bangunan masjid masih asli seperti sejak pertama kali didirikan. Renovasinya pun dilakukan secara hati-hati dengan pantauan langsung BPCB agar kelestariannya terjaga," kata Edi. Menurut pengetahuannya, renovasi terakhir dilakukan pada sekitar 1992 silam.

Kini, Edi menyebut luas area masjid dilebarkan masyarakat hingga 27x27 meter persegi. Pelebaran area masjid dimaksudkan untuk menampung jamaah yang semakin banyak terutama pada saat Salat Jumat dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Meski dilebarkan dan dimodernisasi, bangunan asli masjid tetap dipertahankan sebagai mana aslinya.

Edi mengatakan banyak keunikan dari Masjid Bondan tersebut. Pada zaman penjajahan, bedug yang biasa digunakan di masjid tersebut dipindahkan para penjajah ke Cirebon lantaran suara tabuhannya dipercaya bisa terdengar hingga wilayah Cirebon sana. Bedug tersebut menurutnya juga dibuat sang pendiri masjid dari sejenis tumbuhan rerumputan bernama Sida Guri.

"Selain itu, saat akan terjadi huru-hara atau bencana, momolo masjid ini akan bengkok tertiup angin kencang," kata Edi menambahkan keunikan masjid tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, masjid penuh sejarah penyebaran Islam itu semakin ditinggalkan jamaahnya. Kesadaran masyarakat untuk beribadah di masjid menurun pada hari-hari biasa seperti saat solat lima waktu.***

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search