Minggu, 31 Juli 2016

Kisah Lili Musyafa'ah yang Sukses Besarkan Buah Hati tanpa Melalui Pendidikan Formal

BERITA TERKAIT

  • Dirikan Perpustakaan hingga Persatuan Tukang Bangunan

  • Ini Penyebab Murid Membangkang Terhadap Guru

  • Cari Para Siswa Daerah dengan Latar Strata Ekonomi Bawah

  • 1000 Guru Surabaya, Komunitas Peduli Pendidikan sekaligus Traveling

Pendidikan tidak harus ditempuh melalui lembaga pendidikan formal. Rumah juga bisa diubah menjadi tempat belajar yang nyaman. Hal tersebut yang dijadikan pedoman Lili Musyafa'ah saat memutuskan tidak menyekolahkan empat anaknya.

Rista Cahayaningrum, Surabaya

''Kalau nggak kelas IX SMP, ya kelas X SMA,'' kata Ghina Sayyidatur Ramadhani saat ditanya kini tengah duduk di kelas berapa.

Ghina tidak lupa apalagi sengaja melucu. Putri ketiga suami-istri Lili Musyafa'ah dan Akhmad Mujib itu benar-benar tidak tahu tingkatan kelas untuk pelajar seusianya. Dia tidak familier dengan lembaga pendidikan formal. Ghina tidak sekolah.

Jika dilihat dari umurnya yang belum genap 15 tahun, Ghina seharusnya masih duduk di bangku kelas IX SMP. Pada Juni lalu, dara kelahiran 27 November 2001 tersebut telah menuntaskan ujian kesetaraan paket B. Ghina dinyatakan lulus. Bahkan, dia memperoleh nilai paket B tertinggi se-Surabaya.

Keputusan Ghina untuk tidak sekolah di lembaga pendidikan formal bukan tanpa alasan. Dia mengikuti jejak dua kakaknya. Ya, putri pertama dan kedua Lili, Farah Nur Jihan dan Sarah Hajar Aini, juga tidak sekolah. Mereka hanya belajar di rumah. Sang ibu, Lili, adalah mentornya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search