TETAP BAHAGIA - Ujang, Edoh, Mira, dan Kirana dalam pondok mereka yang tadinya adalah kandang ayam.
Dua tahun Ujang dan Edoh tinggal di kandang ayam. Merawat anak cacat mereka di balik dinding bambu berlapis terpal, di antara bau kotoran menyengat.
----------------------------------------------------
ZALYAN SHODIQIN ABDI, Kotabaru
----------------------------------------------------
Baru-baru tadi dunia maya Kotabaru digegerkan dengan unggahan foto oleh Para Wanita dari Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak. Keterangan foto menyebut kalau ada warga Kotabaru yang tinggal di kandang ayam tepatnya di Desa Gunung Ulin RT 5, Kecamatan Pulau Laut Utara, tidak jauh dari Waduk Gunung Ulin atau sekitar 10 kilometer dari pusat kota.
Jumat (1/7) kemarin, wartawan berkesempatan mendatangi lokasi. "Cari rumah Mama Karina. Itu di sana di belakang rumah beton itu ada kandang ayam," kata warga. Tidak sulit mencari rumah kandang ayam itu ternyata.
Agak ke lereng lembah, di antara tanaman singkong terlihat bangunan terbuat dari kayu dan bambu. Atapnya dari daun. Bangunan itu terkesan rapuh. Memang kesannya seperti pondok dari depan, namun jika bergeser dan berdiri di ketinggian jelas terlihat bangunan itu adalah kandang ayam.
Saat wartawan asik mengamati kandang ayam dari depan, datang perempuan paruh baya berjilbab dari arah jalan setapak. "Dari mana. Ayo-ayo masuk ke rumah," sapanya ramah. Wajahnya seperti yang diunggah di sosmed, saya pun segera mengenalinya.
"Iya saya yang tinggal di situ. Nah itu dia bapaknya (suami)," kata wanita itu ramah sembari menunjuk ke arah lelaki kurus tak berbaju yang keluar dari dalam kandang ayam.
Suami istri ini lantas jongkok di depan rumah menemani wartawan. Obrolan mengalir. Edoh dan Ujang Pendi, begitu nama pasangan ini. Mereka mengaku berasal dari Jawa Barat, Ciamis. Merantau ke Kotabaru pada Desember 2005.
"Sakit sekali mencari uang di sana. Bapaknya jualan es sehari paling dapat dua ribu," aku Edoh.
Kebetulan saat itu mereka sedang terpuruk. Anak keempat, Karina, dinyatakan dokter prematur. Pengobatan anak terakhir ini memukul semua daya finansialnya. Ujang menjual rumah dan dua kendaraannya. Kejadian ini pada tahun 2002.
Berangkatlah Ujang dan istri serta keempat anaknya ke Kotabaru. Karena di Desa Teluk Gadang dekat pusat kota ada keluarga Edoh. Mereka tinggal di sana awalnya, Ujang bekerja sebagai tukang listrik.
Penghasilan sedikit, Edoh tidak bisa kerja di luar karena Kirana yang cacat harus terus diawasi. Sementara itu kata Ujang, keluarga tempat numpang juga ekonominya pas-pasan. Maka keluarga ini memutuskan pindah ke Desa Gunung Ulin sekitar akhir 2012. Mereka sempat nyewa rumah selama sepuluh bulan.
"Tapi Bapak kan pernah jatuh jadi ndak kuat lagi bekerja. Semakin lama, semakin susah ekonomi," kenang Edoh.
Melihat ada kandang ayam tetangganya nganggur, Ujang nekat minta izin tinggal di sana. "Mau bagaimana. Makan saja sudah susah. Tidak ada lagi terbayang mau dapat uang sewa kos atau rumah," tutur Ujang.
Akhirnya keluarga ini dibolehkan tinggal di kandang ayam dengan syarat lahan pemilik kandang dibersihkan atau digarap agar tidak ditumbuhi semak.
Waktu berjalan, Ujang dapat tempat bernaung dan lahan yang bisa dia tanami sayur dan singkong untuk dijual. Uangnya digunakan buat makan sehari-hari. Kasur, TV, parabola berkarat, kulkas tua, semuanya diberi orang untuk rumah tangga mereka.
"Dikasih orang semua. Ini kulkas juga dikasih orang. Jadi kalau masukkan air ke kulkas ini biar sampai berapa lama ndak bisa juga jadi es batu karena kulkasnya rusak," kata Edoh saat mengajak saya ke dalam.
Di rumah terlihat sekali kesan kumuh. Bau kurang sedap menyeruak. Di lantai terlihat anak wanita terbaring lemah. Kata Edoh hanya dua kata yang bisa diucapkan anak bungsunya, kakak dan mama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar