Senin, 01 Agustus 2016

Kembalinya Aura Bourne

JAKARTA, KOMPAS.com -- Matt Damon kembali hadir memerankan Jason Bourne alias David Webb dalam film "Jason Bourne".

Berperan sebagai mantan spionase patriotik dengan kehidupan pribadi yang suram, kehadiran Damon menjadi pengobat rindu termujarab setelah film sebelumnya, trilogi Jason Bourne ("The Bourne Identity", "The Bourne Supremacy", dan "The Bourne Ultimatum").

Damon memang selalu mampu memberi "roh" pada sosok Bourne.

Jika ada yang berbeda pada diri Damon saat ini adalah usianya yang tampak menua dengan guratan luka dan keriput di wajah yang justru membuat Bourne tampil matang.

Pribadinya digambarkan dingin, cekatan bertindak, sangat menguasai teknik bela diri, tetapi tetap dengan sorot mata yang menyimpan kepedihan hidup.

Sarat dengan aksi baku hantam hingga kejar-kejaran di jalan raya memakai sepeda motor atau mobil, Bourne menyuguhkan adegan menegangkan seputar dunia intelijen.

Rasa Bourne seperti yang tersisa dalam kenangan dari film-film sebelumnya semakin terasa kental karena film Jason Bourne juga disutradarai Paul Greengrass yang juga menyutradarai film sebelumnya, "The Bourne Supremacy" dan "The Bourne Ultimatum".

Apalagi, film ini ditulis oleh Greengrass dan kolaborator lamanya, pemenang Academy Award Christopher Rouse sekaligus sebagai editor film ini berdasarkan karakter Bourne yang pertama kali diciptakan dalam novel karya Robert Ludlum.

Untuk Jason Bourne, Damon bergabung dengan pemain pemenang Academy Award Tommy Lee Jones, Alicia Vikander, dan Vincent Cassel.

"Alasan nomor satu kenapa kami buat film ini karena orang-orang ingin melihatnya. Setiap di bandara atau setiap kali aku berjalan menyusuri jalan dan seseorang berhenti, itu pertanyaan pertama: apakah akan ada film Bourne lain? Kami semua sangat bangga dengan tiga film sebelumnya, dan kami ingin ini cocok baik dengan mereka. Kami sangat gembira dan cemas," kata Damon.

Dunia modern
Seolah ingin memberi tahu penonton tentang kisah hidup Bourne selama sepuluh tahun sejak kehadirannya di film terakhirnya, tayangan film dibuka dengan kehidupan sehari-hari setelah Bourne meninggalkan dunia spionase.

Hidupnya ternyata tak menemukan kedamaian dan justru akrab dengan dunia kekerasan. Di Yunani, Bourne mengisi hari-harinya sebagai petarung bayaran bela diri tangan kosong.

Kisah kemudian bolak-balik berubah latar ke beberapa negara lain, seperti Islandia, Rusia, Inggris, dan tentu saja Amerika Serikat.

Terpaut ribuan kilometer, jarak antara berbagai negara itu ternyata tak lagi menjadi kendala komunikasi.

Dalam film Jason Bourne kali ini, dunia digambarkan begitu mudah terhubung, terutama dengan kecanggihan teknologi informasi.

Hanya dengan menangkap semua foto yang diunggah di media sosial ketika kekacauan massa terjadi di Athena, Yunani, misalnya, markas spionase di Amerika Serikat bisa dengan mudah menemukan sosok Nicky Parsons yang kali ini kembali diperankan oleh Julia Stiles yang tak lain adalah sahabat Bourne.

Menemukan Parsons dengan kata lain sama saja dengan menemukan Bourne.

Kemunculan Parsons di Athena itulah yang akhirnya membawa Bourne kembali terhubung dengan dunia lama yang ingin ditinggalkannya.

Kembali terkoneksi dengan dunia spionase yang membentuk Bourne menjadi sosok kuat bukan berarti kisah cerita kemudian bergulir condong ke masa lalu.

Kisah tentang bagaimana Bourne mendaftar sebagai prajurit untuk membela negaranya dan dikhianati oleh lembaga kekuasaan yang ia percaya memang kembali dihadirkan bagi penonton, tetapi hanya berupa kilasan masa lalu.

Namun, kini Bourne lebih banyak berhadapan dengan dunia modern ketika keamanan data pribadi menjadi persoalan serius.

"Kita semua merasa bahwa dunia telah berubah secara dramatis dan mengilhami kita untuk datang dengan sebuah cerita yang tepat waktu dan berlaku bagi hal yang terjadi hari ini," kata produser film itu, Frank Marshall.

Bourne yang pertama kali dimunculkan dalam novel Robert Ludlum hidup dalam masa perang dingin, dan Bourne dalam film kali ini adalah jagoan yang hidup di dunia abad ke-21.

Film ini kemudian banyak menyentuh persoalan kebutuhan untuk transparansi dan privasi.

Namun, seluruh kebutuhan akan jaminan keamanan di era modern itu digambarkan dalam adegan-adegan yang memacu adrenalin.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Juli 2016, di halaman 25 dengan judul "Kembalinya Aura Bourne".

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search