Sabtu, 15 Oktober 2016

FOKUS: Tarzan Pulpis Hidup Terbuang, di Mana Perhatian Pemerintah?

KISAH-kisah tragedi kemanusiaan terus mencuat di berbagai daerah di Indonesia. Pertanda pembangunan dan kesejahteraan belum menyentuh masyarakat di pedalaman. Seperti yang terjadi di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Kalimantan Tengah.

Sebelumnya marak kisah-kisah memilukan tentang orang-orang yang mengidap gangguan mental, terpaksa dipasung oleh keluarganya. Mereka tega melakukannya karena takut melukai para tetangga dan tak mampu membawanya ke rumah sakit jiwa (RSJ).

BERITA REKOMENDASI


Nah, kisah di Pulpis ini hampir sama. Bedanya penderita gangguan mental ini tidak dipasung, melainkan "dibuang" ke tengah hutan. Namanya Nur, tapi banyak orang yang mengenalnya dengan sebutan "Tarzan" dari Pulpis.

Dari keterangan warga sekitar, Nur diasingkan keluarganya dan hanya diberi makan sehari sekali selama delapan tahun terakhir. Demi memenuhi kebutuhan perutnya karena kurang makan, Tarzan Pulpis ini acap makan dedaunan di dekatnya.

(Baca: Heboh Tarzan dari Pulang Pisang Kalteng)

Kalau sudah begini, mana peran pemerintah daerahnya? Ya sebetulnya, kisah kini sudah coba diangkat para jurnalis lokal di Kalteng sejak pekan lalu. Tapi baru sekarang-sekarang ini muncul inisiatif dinas daerah untuk bergerak – kendati baru akan sekadar mengonfirmasi cerita ini.

(Baca juga: Warga Kalteng Heran Pemerintah Cuek terhadap Tarzan)

"Saya akan cari tahu informasinya dulu kepada Kepala Desa Bahaur," ungkap Nadie Rustam, Camat Kahayan Kuala dengan nada bingung saat dihubungi MNC Media.

Sementara ketika para wartawan coba mendatangi Dinas Sosial (Dinsos), justru mereka mendapat jawaban yang tidak mengenakkan.

"Kemarin kita konfirmasi kepada Dinas Sosial, tapi jawabannya justru aneh: 'Tidak ada anggaran untuk menuju ke sana. Jadi kita menunggu tindakan kades setempat saja'," papar wartawan lokal James Dony berkisah.

(Baca juga: Lokasi Terpencil, Pemerintah Sulit Evakuasi Tarzan asal Pulang Pisang)

Memang untuk mencapai lokasi tengah hutan yang saat ini jadi tempat pengasingan Tarzan, dibutuhkan usaha dan waktu yang ekstra. Dari kota terdekat, untuk mengevakuasinya saja butuh waktu sekira tiga jam.

Satu jam untuk naik kendaraan ke Desa Bahaur Hulu, kemudian 1,5 jam naik perahu kecil ke Kelurahan Batu Raya dan kemudian jalur darat dengan motor sekira setengah jam.

Namun dalam keterangan terakhir dari Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pulpis Satria During, dikatakan bahwa Bupati Pulpis sudah memberi instruksi untuk berkoordinasi dengan para aparat setempat untuk mengevakuasi Tarzan.

"Kita akan cari tahu siapa orangtuanya, sembari pelan-pelan mengevakuasi Tarzan," sebut Satria. (Baca juga: Dinsosnakertrans Bakal Lihat Kondisi Tarzan asal Pulang Pisang)

Tapi karena sulitnya mencapai lokasi keberadaan Tarzan, aparat dinas baru akan datang pada Senin 17 Oktober dan rencananya, Tarzan alias Nur akan dibawa ke RSJ Kalawa Atei di Kecamatan Bukit Rawi, Kalteng.

Mirisnya kisah ini semoga jadi pelajaran lain buat segenap jajaran pemerintah lokal setempat, agar selalu memperhatikan warganya sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah dan pusat.

Warga sekitar pun diharapkan bisa turut aktif memberi informasi kepada aparat, jika ada tetangganya yang juga bernasib serupa di seluruh teritorial republik ini.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search