Jumat, 14 Oktober 2016

Shutter Island, Kisah Polisi Trauma yang Disadarkan Lewat Eksperimen

Jakarta, Sulit untuk bisa memahami perasaan seseorang yang mengalami trauma, apalagi jika itu berkaitan dengan keluarganya. Untuk menyembuhkannya pun dibutuhkan usaha yang ekstrim. Inilah yang coba digambarkan dalam film Shutter Island.

Kisah bermula pada petualangan dua detektif, Edward Daniels dan Chuck Aule yang diminta menyelidiki sebuah kasus di sebuah rumah sakit jiwa bernama Ascheliffe. Namun ini bukan rumah sakit jiwa biasa, melainkan rumah sakit yang merawat para kriminil gila. Itulah sebabnya rumah sakit ini terletak di sebuah pulau terpencil di Boston, AS.

Begitu sampai dengan feri, mereka lantas diperkenalkan kepada seorang psikiater yang memimpin institut tersebut, Dr John Cawley. Sang psikiater menceritakan bahwa seorang pasien mereka yang bernama Rachel Solando kabur tanpa ada yang tahu, padahal institut itu dijaga ketat dan berada di sebuah pulau terpencil. Rachel ini digolongkan sebagai pasien berbahaya karena riwayatnya adalah membunuh ketiga anaknya.

"Ia menenggelamkan mereka di danau samping rumahnya. Ia menahan kepala anaknya satu-persatu di dalam air sampai mati lantas membawa mereka ke dalam rumah dan memakan mereka sebelum tetangganya datang," jelas Cawley tentang Rachel.

Ketika foto Rachel diperlihatkan, saat itulah bayangan aneh muncul di pikiran Andrew yang lebih akrab disapa Teddy itu. Ia melihat sosok mayat ibu dan anak yang telah membeku di jalan. Setelah itu ia merasa pening dan ia meminta aspirin pada Cawley.

Anehnya, meski seluruh sipir telah mencari ke penjuru pulau, Rachel tak ditemukan. Namun ketika memeriksa lantai kamar Rachel, Teddy menemukan secarik kertas di bawah lantai yang bertuliskan 'THE LAW OF 4 WHO IS 67?'

Teddy kemudian mengunjungi para sipir yang mencari di tepian karang. Di sana Teddy menunjuk ke sebuah bangunan mercusuar, namun wakil sipir, McPherson hanya mengatakan itu adalah fasilitas pengolahan limbah. Malamnya, ia mengumpulkan seluruh staf, tetapi ia juga tak menemukan petunjuk apapun dari keterangan-keterangan itu. Ia justru kesal ketika mendapati fakta bahwa psikiater utama Rachel, Dr Sheehan justru sedang berlibur.

Akhirnya Cawley mengajaknya minum-minum. Namun dari suara musik klasik yang diputar dalam ruangan Cawley, ia seperti mengenal lagu itu. Ingatannya pun kembali saat ia menjadi pasukan AS yang bertugas mengepung sebuah markas Nazi di Dachau, Jerman. Di sana ia melihat seorang petinggi Nazi yang bunuh diri karena terkepung, meregang nyawa.

Malam itu Teddy menginap di bunker rumah sakit. Dalam mimpinya, ia bertemu sang istri yang basah kuyup dan mengatakan 'Laeddis masih di sini', tetapi ketika mereka berpelukan dari dalam tubuh wanita itu keluar air dan darah, lalu berubah menjadi serpihan kertas yang terbakar.

Keesokan harinya, Teddy menanyai beberapa rekan Rachel dalam terapi, tetapi ia tak puas karena merasa semua jawaban yang diberikan pasien-pasien itu sudah diatur. Ia juga menanyakan apakah mereka mengenal Andrew Laeddis namun semuanya menggeleng. Chuck bertanya kepada Teddy siapa Andrew Laeddis, dan Teddy menjawab Laeddis adalah teknisi yang menyebabkan kebakaran di apartemennya dan membunuh sang istri.

Teddy dan Chuck lalu mendatangi beberapa bagian rumah sakit demi mencari Laeddis, sebab Teddy yakin Laeddis ada di situ. Namun mereka terjebak di tengah hutan saat hujan badai. Begitu dijemput, keduanya diantar ke ruangan Cawley yang sedang rapat dengan pengurus rumah sakit. Bagaimana kissh selanjutnya?
Next

(lll/up)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search