
TRIBUNNEWSCOM -- MUNCUL kisah unik yang muncul dalam proses penyidikan kasus penipuan yang melibatkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pemilik padepokan pengadaan uang.
Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Priadi, Marwah Daud, seorang doktor lulusan Amerika Serikat tertipu oleh tujuh mahaguru yang ternyata tidak punya kemampuan apa-apa.
Marwah Daud bahkan bersedia mencium tangan Marno Sumarno alias Abah Holil saat berada di makam ulama kondang, RA Cholil, Bangkalan. Selain itu Marwah juga merasa bangga diberi tasbih oleh Marmo.
"Setelah satu bulan kemudian, Marwah ketemu tersangka SP Ramanathan alias Vijay di Padepokan Dimas Kanjeng. Ia (Marwah) cerita diberi tasbih oleh Abah Holil. Mendengar cerita itu Vijay sampai tak kuat menahan tawa," ujar seorang penyidik saat rilis 7 mahaguru Taat Pribadi di Polda Jatim, Senin (7/11).
Cerita itu berawal saat Taat bersama Marwah dan rombongan lain ziarah ke makam RA Cholil, Bangkalan, beberapa waktu lalu. Vijay yang dihubungi Taat untuk mengatur acara menyeting Marno alias Abah Holil, tiba-tiba datang di tengah acara ziarah.
Marno mengenakan jubah hitam plus surban hitam, membawa ratusan tasbih di punggungnya. Sontak, acara yang berlangsung khidmat itu kian bertambah hening karena tiba-tiba muncul Marno yang berjenggot putih sembari mengucapkan salam.
Lantas Marno duduk bersila sambil membagi-bagi tasbih. "Katanya tasbih itu dari Makkah dan mereka percaya saja," ungkap petugas tadi. Vijay yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara penipuan ini, adalah orang yang mengatur segala acara Taat Pribadi.
Vijay juga yang merekrut Karmawi asal Jakarta untuk mencari 7 orang berjenggot putih untuk disulap menjadi mahaguru. Abdul Karim (77) alias Abah Sulaiman Agung, asal Jakarta, mengaku tidak tahu apa-apa soal penipuan.
Ia hanya diajak untuk mengikuti acara. Syaratnya mengenakan jubah hitam. "Jubah ini milik saya dan yang bikin adalah istri saya," terang kakek 30 cucu ini. Abdul Karim yang dulunya sebagai kuli batu dan 5 tahun terakhir sudah tidak bekerja, mengaku pernah diajak ke beberapa wilayah oleh Karmawi.
Ia pernah diajak ke Makassar, dua kali ke Probolinggo dan Jakarta. Perannya mendampingi Taat ketika menemui pengikutnya. "Saya hanya duduk saja. Terkadang disuruh membaca doa agar selamat. Itu saja," jelas Abdul Karim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar