Sulami tinggal bersama neneknya, Ginem, di Dusun Selorejo, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah. Di rumah itu juga tinggal Painem, ibunda Sulami, yang mengalami stroke. Praktis, Ginem merawat anak dan cucunya itu sendirian di rumah yang dulu hampir roboh jika saja tidak diperbaiki oleh warga atas inisiatif pemerintah desa setempat dan Dinas Sosial Kabupaten Sragen.
Ginem menceritakan Sulami mengalami persoalan pada punggungnya ketika masih belajar di kelas 4 SD. Semula problem itu hanya berupa benjolan. Berbagai usaha dilakukan Ginem untuk kesembuhan cucunya. Dia membawa cucunya itu ke puskesmas di kota kecamatan hingga ke sejumlah tukang urut. Namun tak ada tanda-tanda kesembuhan.
"Dua tahun setelah itu, tubuhnya menjadi kaku. Tinggal pergelangan kaki dan tangan, leher serta jari-jarinya yang bisa digerakkan secara terbatas. Akhirnya dia hanya bisa tiduran saja seperti sekarang. Beberapa kali dibawa berobat ke rumah sakit, tapi juga tak bisa sembuh," papar Ginem saat ditemui di rumahnya, Senin (23/1/2017).
Foto: Muchus Budi R/detikcom |
Jika ingin mandi atau makan, Sulami dibangunkan dengan cara diangkat. Selanjutnya dia bisa berjalan sendiri dengan tertatih-tatih ditopang sebatang tongkat. Setelah selesai dengan urusannya, Sulami akan kembali ke kamar untuk kembali berbaring. Dia membantingkan tubuhnya untuk bisa terlentang. Selanjutnya, ada kerabat yang meletakkan posisi tidurnya.
Sulami lahir sebagai anak kembar. Saudara kembarnya, Paniyem, ternyata mengalami penyakit serupa semenjak kecil. Namun Paniyem lebih dulu menuntaskan 'ujian penderitaannya' di dunia. Dia meninggal dunia pada 2013.
Setiap hari Sulami mengisi hari-hari dengan mengaji, mendengarkan radio, atau merangkai manik-manik plastik untuk dijadikan gelang. Gelang-gelang itu lalu dikumpulkannya. Ada yang diberikan kepada orang lain atau kadang dipakai sendiri. Sulami tidak menjualnya karena memang dia membuatnya hanya untuk mengisi waktu.
Foto: Muchus Budi R/detikcom |
Kepala Desa Mojokerto, Sunarto, mengatakan keluarga Sulami berada di bawah garis kemiskinan. Sejak kecil Sulami hidup bersama neneknya yang tidak memiliki penghasilan tetap. Bahkan rumahnya beberapa tahun lalu hampir roboh sehingga pemerintah desa bersama warga berinisiatif memperbaiki rumah keluarga miskin tersebut agar lebih layak huni.
"Kami selalu memantau kondisinya dengan terus melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Sosial. Dijelaskan bahwa penyakit yang diderita Sulami ini penyakit langka dan sulit disembuhkan. Neneknya keberatan jika Sulami dirawat di rumah sakit karena dia tidak bisa menunggui, apalagi Nenek Ginem juga masih harus merawat Bu Painem, ibunda Sulami, yang juga terkena stroke," papar Sunarto.
(mbr/try)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar