Kamis, 26 Januari 2017

Sepenggal Kisah Masa Lalu Beddu Amang

Sepenggal Kisah Masa Lalu Beddu Amang

MASA LALU: Beddu Amang (kedua dari kiri) didampingi Afni Ahmad (kiri), Ferry Mursyidan Baldan (kedua dari kanan) dan Sekjen KAHMI Ir Soebandriyo dalam silaturahmi di kediaman Beddu di Jatiwarna Bekasi, Rabu (25/1/2017).

INDOPOS.CO.ID - Mantan Kepala Bulog (Kabulog) era Presiden Soeharto Dr Ir H Beddu Amang MA  masih segar diajak ngobrol. Ingatannya masih jernih mengingat perjalanan karir oraganisasi dan pekerjaannya.  Bicaranya runtut dan masih fokus pada substansi apa yang ingin disampaikan.

Itu terlihat saat sejumlah tokoh-tokoh alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) datang bersilaturahmi ke Beddu Amang di kediamannya di Komplek Bulog Jatiwarna Bekasi, Rabu (25/1/2017). 

Para tokoh alumni HMI yang datang antara lain Ferry Mursyidan Baldan, Afni Achmad, Ade Adam Noch, Tigor Sihite, Abdullah Hafida,  Senopati, Mulyano, dan Sekjen Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN KAHMI) Ir Soebandriyo. 

Selain itu, datang pula beberapa alumni dari Jogjakarta yang menjadi panitia lokal acara Napak Tilas Perjuangan HMI di Jogjakarta. Pada tanggal 4-6 Februari 2017 mendatang, para alumni HMI ini alan menggelar jalan sehat sekaligus napak tilas perjuangan HMI di Jogjakarta. HMI sendiri didirikan di Jogjakarta pada 5 Februari 1947 dan menjadi organisasi perjuangan hingga saat ini. 

Beddu Amang yang masuk HMI pada 1957 di Jogjakarta menjadi saksi hidup bagaimana kiprah  HMI di zamannya. Itulah yang diceritakan secara runtut oleh sesepuh HMI ini. 

"Saya masuk HMI di Jogjakarta pada 1957. Di masa saya, hampir semua perguruan tinggi di Jogja ada komisariat HMI nya. Karena Jogja adalah kota kelahiran HMI," katanya.

Dari Jogja, kisah Beddu Amang, HMI terus dikembangkan. Beddu pun sampai harus banyak keluar kota. Itu terutama ketika di mana Ketua Umum PB HMI yang dijabat Soelastomo bertugas di Aceh dan Papua sebagai dokter yang ditugaskan oleh negara. Saat itu jabatan Soelastomo dijalankan oleh Aminoto. 

Beddu yang masih kuliah di Jogja ditunjuk menjadi pengurus besar HMI di Jakarta sebagai pembantu umum. Di saat itula Beddu banyak meninggalkan Jogja di saat masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultan Pertanian UGM. 

"Sampai saya hampir kena drop out," ujar mantan Katua Umum HMI Cabang Jogjakarta ini tersenyum.

Tak hanya itu saja memoar Beddu Amang. Di dalam dan di luar kampus, dia termasuk pemberani. Berbagai organisasi dimasukinya, bahkan memimpin pergerakan membubarkan PKI.  Yang menarik, dia mengungkap bahwa PKI pada tahun 1965 sudah lebih dahulu dibubarkan oleh rakyat Jogjakarta sebelum turun Supersemar dari Soekarno ke Soeharto. 

"Waktu itu Jogjakarta sudah merah, PKI sudah kuasai Jogjakarta. Waktu mereka pergi, rakyat Jogja melawan. Kita berkumpul, melakukan rapat umum untuk pembubaran PKI," kata Beddu mengenang. 

Cerita berpindah pada perjalanan karirnya di organisasi pemerintahan. Masa itu Bulog mendapat perhatian penuh dari Presiden Soeharto. Pak Harto, kata Beddu, seperti punya indra keenam. Tahu kalau pembantunya bohong. 

Beddu pun tahu apa yang selalu diinginkan Pak Harto. "Untuk disukai Pak Harto, kita harus jujur, pintar, loyal dan tidak suka bohong," kata Beddu. 

Suatu hari, Pak Harto memanggil dirinya, Seskab Murdiono, menteri pertanian, dan lainnya. Wartawan sudah menunggu di luar. Sebelum keluar Pak Harto mempersilakan Beddu memberi konferensi pers setelah di luar.  

Sebelum keluar ruangan, Beddu Amang mohon kepada Pak Harto agar jangan dirinya yang memberi keterangan pers, yang lain saja. Namun sebelum itu, Beddu sudah mencatat apa-apa yang  boleh keluar ke media.

"Pak Harto bilang, jangan. Beddu saja yang kasi keterangan," kata  Beddu mengingat kejadian itu. Pak Harto pun kembali menjelaskan kebijakannya hingga Beddu bisa mencocokkan apa yang ditulisnya.

"Pak Harto menjelaskan lagi, padahal saya sudah catat point-pointnya," kata  Beddu Amang tertawa. 

Banyak hal diceritakan Beddu dengan serius tapi santai. Bahkan sempat memperkenalkan istrinya yang cantik, sebelum silaturahmi ditutup dengan makan siang dan shalat duhur bersama. (jpg)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search