Jumat, 03 Februari 2017

4 Tahun Idap Tumor, 40% Wajah Warga Sragen Ini Membusuk

Parjo, 65, warga Dukuh Ngrombo RT 007, Desa Sunggingan, Kecamatan Miri, Sragen, menderita penyakit tumor ganas. Foto diambil Kamis (2/2/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)Parjo, 65, warga Dukuh Ngrombo RT 007, Desa Sunggingan, Kecamatan Miri, Sragen, menderita penyakit tumor ganas. Foto diambil Kamis (2/2/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kisah tragis, wajah warga Sragen ini membusuk setelah empat tahun mengidap tumor.

Harianjogja.com, SRAGEN — Satiyem, 60, duduk di lincak bambu bersama keponakannya di depan rumah model lawas berdinding papan. Rumah sederhana berlantai plesteran pasir dan semen itu terletak di samping tebing jalan setinggi 5 meter.

Rumah itu dihuni Satiyem dan Parjo, 65, yang bekerja sebagai petani. Mereka tinggal di Dukuh Ngrombo RT 007, Desa Sunggingan, Kecamatan Miri, Sragen. Sejak empat tahun lalu, Parjo menderita penyakit tumor ganas di bagian wajahnya.

Ia mengeluarkan biaya sampai puluhan juta rupiah untuk mengobati penyakit yang kini menyerang lebih dari 40% wajah Parjo yang sudah lanjut usia itu. "Semua sudah saya jual. Obat itu dibeli dari Bogor, Salatiga, Semarang, dan sering bolak-balik ke rumah sakit di Solo. Sampai sekarang bukannya membaik, penyakitnya justru melebar hampir menutupi separuh mukanya," ujar Satiyem saat berbincang dengan Solopos.com di ruang gandok atau rumah belakang, Kamis (2/2/2017).

Di ruangan itulah, Parjo merebahkan tubuhnya di amben kayu. Ia tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya saat Solopos.com bersama warga Gilirejo Baru, Warsito, datang menjenguknya.

Rambutnya yang didominasi warna putih terlihat memanjang tak beraturan. Lidah dan gigi Parjo terlihat tanpa harus membuka mulut karena bagian mulut sebelah kiri sudah berlubang sebesar tiga jari orang dewasa.

Hidung hingga ke pipi sebelah kiri Parjo juga habis menjadi daging berwarna cokelat menghitam. Luka hitam itu menyebar hingga ke mata kirinya. Praktis mata kiri Parjo tak bisa melihat.

"Saya masih bisa bernapas. Hanya penglihatan sebelah kiri ini tidak bisa digunakan. Kalau untuk makan rasanya sakit. Kalau minum ya pakai botol bekas air mineral itu. Kalau makan hanya sedikit. Sudah empat tahun saya menderita penyakit ini," keluh Parjo kepada Solopos.com.

Kendati sakit yang dideritanya cukup berat dan parah, Parjo tak putus asa. Ia masih rajin beribadah salat lima waktu. Padahal rasa sakit itu sering kambuh ketika duduk atau berdiri terlalu lama.

Rasa sakitnya berkurang perlahan saat berbaring di ranjang. Seharian Parjo lebih banyak berbaring di ambennya. Satiyem masih setia menemani suaminya di usia senja.

Ia meladeni Parjo untuk makan, minum, dan keperluan lainnya. Hingga kini, Satiyem masih memberi obat untuk Parjo untuk mengurangi rasa sakitnya. Satiyem mengisahkan awal mula penyakit itu muncul pada empat tahun lalu.

Semula Parjo hanya memiliki tahi lalat berwarna hitam sebesar biji kedelai di antara hidung dan mata sebelah kiri. Tahi lalat itu lama-lama membesar. Kemudian Parjo disarankan untuk menjalani operasi di Solo.

"Setelah operasi sempat membaik. Tapi kemudian muncul lubang sebesar jari kelingking orang dewasa di bekas jahitan. Lubang itu lama-lama membesar dan membusuk hingga akhirnya seperti ini. Kondisi sekarang ini terhitung membaik karena tidak keluar cairan dari matanya. Kemarin-kemarin, cairan itu terus menetes dan membuka lukanya basah," tuturnya.

Satiyem menaruh harapan besar untuk kesembuhan suaminya ketika Camat Miri dan rombongan dari Puskesmas Miri datang, Rabu (1/2/2017) lalu. Kemudian pada Kamis siang, Satiyem juga didatangi tiga dokter dan bidan desa yang berencana merujuk suaminya ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

"Katanya mau dikemoterapi. Saya ini wong tidak sekolah jadi tidak tahu hal seperti itu. Waktunya jam berapa juga tidak tahu. Ya, semoga penyakit itu bisa sembuh total," harap dia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto, menyampaikan Puskesmas Miri sudah berkoordinasi dengan DKK untuk merujuk Mbah Parjo ke RSUD Sragen. Setelah di RSUD, kata dia, pasien akan ditangani dokter spesialis bedah tumor.

"Pada 2015 itu sebenarnya sudah ditawari kemoterapi tetapi tidak mau. Nanti penanganan di RSUD seperti apa ya tergantung dokter bedah tumornya. Biasanya siang, sekitar pukul 11.00 WIB," imbuhnya.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search