PROKAL.CO, Keberadaan hutan yang luas di Kabupaten Tabalong membuat daerah itu menjadi daerah berpotensi tinggi penyebaran Malaria. Beruntung, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat memiliki Perawat Malaria Hutan, Rudi Supriambodo, sehingga bisa menurunkan angka penekanan penyakit tersebut.
-----------------------------------------
IBNU DWI WAHYUDI, Tabalong
-----------------------------------------
Peran perawat malaria hutan tidaklah mudah. Keluar masuk hutan dengan jalan tak wajar harus mereka lalui setiap harinya. Tugasnya memang hanya membagikan kelambu, obat oles anti nyamuk dan merawat penderita ke perambah hutan yang mencari kayu, rotan dan berburu binatang di hutan. Namun jika tidak memungkinkan disembuhkan di tempat, maka para penderita dibawa ke luar hutan, menuju Puskesmas terdekat yang jaraknya paling dekat sekitar 20 kilometer.
"Rusak sepeda motor hari-hari. Kalau sudah begitu terpaksa harus menginap di hutan, kalau memang harus turun terpaksa jalan kaki 20 kilometer," katanya, mencoba mengingat perannya sebagai abdi negara bidang kesehatan, ketika diwawancarai Radar Banjarmasin di Tanjung, belum lama tadi.
Pasien malaria yang dikeluarkan terpaksa dibopong bersama warga. Akses jalan kerap menjadi masalah. Pasien pun pernah ada yang tidak sempat ditolong dan akhirnya meninggal dunia di perjalanan.
Setidaknya kasus meninggal dunia pasien malaria di hutan yang ditanganinya tidak hanya sekali. "Waktu puncak-puncaknya malaria ada lima kali yang meninggal dunia," ujarnya, mengingat masa kelam tersebut. Kondisi itu karena kendaraan sangat sulit masuk hutan, medannya cukup berat.
Kondisi hutan Tabalong memang berat. Berada di sejumlah desa-desa di wilayah utara. Diantaranya, Muara Uya, Salikung, Binjai, Lano, Solan, Jaro, Bintang Ara dan Teratau. Bahkan hingga ke kawasan hutan Kalimantan Timur yang lebat.
"Banyak juga pasien dari Kaltim saya bawa ke Tabalong, karena jalan masuk keluar hutan hanya satu-satunya," terang pria berusia 42 tahun ini. Bahkan dia pun pernah juga menjadi penderitanya, karena tertular saat berada di hutan.
Untung saja, keluarga mengerti tugas ayah satu orang anak ini. "Istri dan anak maklum saja, mereka juga mendukung," imbuhnya, bapak satu orang anak ini. Kini dia dan keluarganya menetap di Desa Nawin Kecamatan Jaro.
Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Taufik mengakui tugas Rudi sangat berperan demi penurunan angka malaria. Dan itu sudah dibuktikan.
"Pak Rudi ini satu-satunya perawat malaria hutan dan menjadi pioner kami. Dia yang bertugas membagi kelambu, obat oles dan merawat pasien malaria hutan," katanya.
Dari peranan itu pun menjadikan zona merah Tabalong menjadi zona kuning untuk kawasan se Kalimantan. Karena terjadi penurunan angka malaria dari 1.700 pasien menjadi 900 orang.
"Makanya dia (Rudi) mendapatkan bantuan sepeda motor jenis trail oleh Dinkes,untuk memudahkan tugasnya membagi keluar masuk hutan, bahkan sampai hutan Kaltim," imbuhnya. (ibn/by/ran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar