Selasa, 07 Maret 2017

Kisah Pilu Korban Banjir, Menetap di Pondok yang Tak layak

PROKAL.CO, Banjir di Kabupaten Kotawaringin (Barat) terus meluas. Kira-kira sudah ada 739 rumah warga yang terendam. Bahkan di hari ke-10, ketinggian air sudah "menenggelamkan" separuh wilayah Kecamatan Arut Selatan (Aruta). Akibatnya banyak warga mengungsi. Namun tidak sedikit memilih bertahan dengan mendirikan pondok seadanya.

Banjir di Kelurahan Pangkut menjadi salah satu yang terparah di Kecamatan Aruta. Dimana ada 10 desa yang benar-benar terendam dengan ketinggian air sekitar dua meter lebih dari atas lantai rumah.

Genangan air yang tak kunjung surutmemaksa sebagian warga mendirikan pondok darurat di lokasi yang aman. Hanya saja pondok yang dibangun terlihat tak layak huni. Tidak seperti pondok yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD).

Bertahan di pondok seadanya selama 10 hari sudah dirasakan Utin Umrah.

Pondok ala kadarnya itu, hanya terbuat dari bahan kayu bekas dan beratapkan terpal, karung sak semen serta seng berkarat sebagai dindingnya. "Ini sudah cukup bagi saya dan keluarga," ujarnya singkat kepada awak media, kemarin.

Berbeda dengan Porkap, warga lainnya. Ia memilih bertahan di dalam rumah meskipun ketinggian air air mencapai dua meter lebih.

"Ini airnya pasti naik terus, karena setiap malam diguyur hujan lebat pada malam hari," ungkap Porkap.

Saat ini, istri beserta kedua anaknya terpaksa tidur di atas panggung yang dibuatnya di dalam rumah. Panggung sederhana tersebut terbuat dari kayu pohon berukuran 4x2 meter dengan tinggi 50 centimeter.

Hal itu dilakukannya, karena khawatir dengan barang-barangnya jika ditinggal mengungsi. "Lagian mau mengungsi kemana? gak ada tempat, semua sudah terendam banjir. Kalau pun harus mengungsi lokasinya jauh," ucapnya.

Senada dengan Porkap, Nur Aisah juga memilih bertahan di rumah. Mirisnya, di tengah kondisi banjir, ia harus mengurus bayinya yang baru berusia empat bulan. Hanya saja ia tetap bersyukur karena anggota keluarganya tidak ada yang terserang penyakit.

Namun, karena terus terendam di air, ia mengalami keram pada bagian kakinya. Kondisi keluarga Nur Aisah tampak mengharukan, karena harus setiap hari menggendong anaknya. Sekali-kali bergantian dengan anaknya yang lain.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Kobar sudah menyalurkan bantuan sebanyak 6,1 ton beras dan makanan siap saji serta air minum kemasan. Bantuan baru bisa disalurkan dikarenakan harus menunggu data jumlah korban banjir.

"Kita perlu data biar bantuan tepat sasaran dan sesuai dengan jumlah korban banjir," jelas Kepala BPBD Kobar, Hermon F Lion.

Selain itu, kondisi banjir di Kecamatan Aruta tampaknya akan bertambah parah dalam satu pekan ke depan. Kepala badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) Pangkalan Bun, Lukman Hakim memprediksi jika curah hujan dalam kisaran cukup tinggi.

"Hal ini disebabkan oleh proses konveksi (pemanasan) cukup tinggi saat pagi. Membuat penguapan juga menjadi tinggi dalam proses pembentukan awan-awan konvektif yang menyebabkan hujan terjadi pada sore dan malam hari," terang Lukman. (ang)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search