TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Nafas Ridwan Sururi agak tersengal. Langkah kakinya terlihat berat saat melewati medan tanjakan pegunungan, desa Serang, Karangreja Purbalingga.
Ia sambil menuntun Luna, nama kuda betina putih yang memikul beban rak kayu berisi buku.
Sementara putra kecil Sururi, ceria menaiki punggung kuda.
Sejumlah bocah menyetop mereka di tengah jalan. Luna meringkik. Sururi menepuk leher kuda itu untuk menenangkannya.
Beberapa ibu rumah tangga ikut datang mengerumuni.
Mereka memilah buku dari rak yang digendong Luna, sambil iseng mengelus badan kuda bonsai tersebut.
"Anak-anak sukanya buku dongeng, ibu-ibu suka buku resep makanan dan kerajinan tangan. Kuda Pustaka punya 7 ribuan buku yang siap dipinjam," kata Ridwan Sururi, Rabu (10/5).
Sururi tak rela budaya literasi bangsa Indonesia disebut lemah. Ia meyakini, masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan justru haus terhadap buku.
Masalahnya justru, kata Sururi, masyarakat sulit mengakses buku karena keterbatasan sarana, maupun lokasi perpustakaan yang jauh.
Sebagian warga terkendala waktu sehingga tak sempat berkunjung ke perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar