Jumat, 14 Juli 2017

Kisah Menarik MP3, Fenomenal di Era Winamp Kini Terlupakan

Jakarta - Mendengarkan musik MP3 menggunakan pemutar MP3 portabel seakan jadi hal wajib generasi muda di awal 2000-an. sayangnya masa keemasan tersebut sudah pudar sejak beberapa bulan lalu.

Dengan ukuran file yang ringkas tak mengejutkan kalau format MP3 jadi idola anak muda era 2000-an. Ditambah lagi ketika itu bermunculan pemutar MP3 portabel yang punya banderol cukup terjangkau.

Tapi kisah sebenarnya MP3 bermula dari seseorang bernama Profesor Karl Heinz Bradenburg, peneliti di Institute Frauenhofer, Jerman. Ia mendapat julukan sebagai 'Bapak MP3' lantaran menemukan teknologi compress audio tersebut.

Kisah Menarik MP3, Fenomenal di Era Winamp Kini TerlupakanProfesor Karl Heinz Bradenburg. Foto: hot grafis

Dihimpun dari beberapa sumber, algoritma MP3 disebut mampu memilih sinyal suara yang lebih penting. Sehingga sebuah file MP3 bisa menurunkan ukuran dari file audio aslinya hingga 10 kali lebih kecil.

Sebagai contoh, sebuah lagu dengan durasi 3 menit bisa menyita ukuran sebesar 30 MB di harddisk. Tapi dengan format MP3, ukuran yang dibutuhkan terpangkas signifikan jadi hanya 3 MB saja. Karena inilah format MP3 kemudian mulai jadi idola di kalangan penyuka musik.

Sebelumnya, tepatnya di tahun 1997 penemuan Bradenburg juga berhasil mendapat sambutan hangat ketika Ia pertama kali mempresentasikan karyanya itu di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Meski MP3 menuai respon positif, kesuksesan format musik ini baru benar-benar menonjol ketika aplikasi pemutar MP3 bertajuk Winamp diluncurkan ke publik. Winamp yang sejak akhir 90-an bisa ditemui di sebagian besar komputer di dunia ini diciptakan oleh Justin Frankel dan Dimitri Boldyrev.

Seiring tingginya penggunaan Winamp di banyak komputer di dunia, MP3 pun terangkat. Semua orang tak luput dari invasi format audio ini, termasuk Apple. Pembuat iPhone ini turut meluncurkan pemutar lagu bernama iPod di tahun 2002 untuk menjawab kegilaan orang akan MP3.

Kisah Menarik MP3, Fenomenal di Era Winamp Kini TerlupakaniPod. Foto: Istimewa

Namun seperti kejayaan teknologi lainnya, format MP3 juga mengalami kelesuan. Apalagi MP3 disebut-sebut sebagai salah satu biang keladi meningginya pembajakan lagu. Di sisi lain, semakin baiknya koneksi internet di dunia memunculkan layanan streaming yang memudahkan pengguna.

Pengguna tak perlu lagi merelakan kapasitas harddisk untuk menyimpan lagu-lagu yang sudah jarang didengar. Layanan streaming juga memungkinkan penggunanya selalu update dengan lagu-lagu terbaru, tanpa harus repot-repot meng-copy secara manual ke dalam pemutar MP3.

Dianggap tak lagi relevan dengan era sekarang, Frauenhofer Institute akhirnya menghentikan lisensi MP3 yang selama ini dipegangnya. Institut ini sesumbar tengah menggarap penerus MP3 yang lebih efektif, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan saat ini.

Sayang belum ada informasi format seperti apa yang tengah disiapkan Frauenhofer Institute. Namun melihat perkembangan format audio yang sedemikan beragam saat ini, sepertinya bukan perkara mudah bagi penerus MP3 untuk menjadi rajanya file musik.

Bagaimana menurut Anda?

(yud/fyk)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search