Akibat peristiwa pembakaran umbul-umbul merah putih itu, warga menutup Ponpes Ibnu Mas'ud.
"Sesuai kesepakatan bersama, ponpes itu diberi waktu satu bulan untuk pindah dari desa ini," kata Kepala Desa Sukajaya Wahyudin.
Aksi pembakaran tersebut mendapat reaksi keras dari warga. Mereka menyerbu asrama ponpes yang dihuni oleh sekitar 250 santri pada Kamis 17 Agustus 2017 dini hari.
"Sebelum pembakaran, warga dengan pengurus ponpes sudah terjadi adu mulut, karena pengurus menolak memasang bendera Merah Putih di sekitar ponpes," ujar Wahyudin.
Warga akhirnya memasang sendiri umbul-umbul merah putih di sekitar ponpes sebagai bentuk memeriahkan Hari Kemerdekaan RI ke-72.
Akan tetapi, umbul-umbul yang dipasang warga justru malah dibakar oleh pengurus ponpes.
"Saat itu ada warga yang melihat orang sedang membakar satu umbul-umbul di depan ponpes," kata dia.
Warga yang tak terima langsung mendatangi ponpes tersebut untuk meminta pertanggungjawaban atas tindakannya itu.
"Warga dan pihak ponpes kembali terlibat adu mulut. Pihak ponpes terkesan perbuatannya tidak salah," kata Wahyudin.
Situasi semakin mencekam karena warga hampir seluruh Desa Sukaraja terus berdatangan ke ponpes tersebut.
Pihak kepolisian yang tiba di lokasi langsung membubarkan warga, sehingga tidak terjadi hal yang diinginkan.
"Kami lakukan mediasi dan solusinya ponpes itu ditutup," ucap Wahyudin.
Informasi yang dihimpun, sejak berdiri tahun 2011 silam, ponpes tersebut sangat tertutup. Pengurus maupun para santri tidak pernah berinteraksi dengan warga sekitar.
Setiap peringatan Hari Kemerdekaan RI, pihak ponpes tidak pernah mau memasang bendera merah putih. Bahkan, mereka dengan tegas menolak bendera itu berkibar di sekitar ponpes.
Oleh sebab itu, tak aneh jika ponpes tersebut dalam pengawasan polisi karena kerap bersinggungan dengan warga.
"Tadi juga (pemilik ponpes) ditanya sama polisi, kenapa enggak mau pasang bendera? Dia jawab, kemerdekaan Indonesia enggak jelas, banyak korupsi," kata Wahyudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar