Laporan Wartawan TribunSulbar.com, Nurhadi
TRIBUNSULBAR.COM, MAMUJU - Hasamu (75), tinggal sebatangkara di Lingkungan Kampung Baru, Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulbar.
Lingkungan Kampung Baru terletak disebelah utara Kabupaten Mamuju, dengan jarak sekitar 20 Kilometer atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit sampai untuk sampai dilokasi tersebut.
Saat TribunSulbar.com, mengunjungi gubuk yang ditinggali nenek Hasamu, Senin (27/11/2017), ia mengaku sudah dua tahun tinggal sebatangkara digubuk beratap daun rumbia, di belakang perkampungan warga.
Ia mengungkapkan, memilih tinggal digubuk tersebut sebab merasa sudah dibuang oleh anak kandungnya sendiri.
Hasamu mengaku tidak disenangi oleh anak-anaknya dikarenakan persoalan rumah peninggalan suaminya di Desa Bone-bone, Kecamatan Mamuju, Sulbar.
"Saya tinggal disini nak, sudah tidak ada tempat yang lain, saya ini sudah dibuang anak sendiri," katanya kepada TribunSulbar.com.
Ia mengungkapkan, sekitar dua tahun yang lalu, dia diberi uang oleh anaknya sebanyak Rp 50 ribu, kemudian disarankan untuk berkunjung ke rumah cucunya.
Namun setelah ia pergi, rumah yang ia tempati dibongkar oleh anaknya itu lalu tanahnya dijual.
"Saya meresa ditipu anak saya sendiri nak, setelah saya kembali, itu rumah sudah tidak ada sudah dibongkar dan tanahnya dijual. Sepeser pun tidak ada yang sampai ditangan saya. Sehingga warga disini yang masih ada ikatan keluarga dengan saya menjemput karena saya di atas (Bone-bone) sakit tidak ada yang rawat," ujarnya.
"Sebenarnya anak saya masih ada enam, dua orang tinggal daerah Mamuju tapi saya ditidak disenangi lagi karena persoalan rumah, yang lainnya pergi merantau menyebran laut, sudah lebih dari 20 tahun tidak pernah kembali, ada satu orang tinggal didaerah Kalukku, yang biasa saya datangi tapi juga menderita penyakit gula, sudah tidak bisa lagi kemana-mana karena sudah parah, sehingga saya memilih untuk tidak merepotkan dan memilih tinggal disini," ujarnya dalam bahasa Mamuju.
Untuk bertahan hidup, setiap hari nenek Hasamu bekerja membuat sapu lidi dan ia jual sebesar Rp 3 ribu.
Selain itu, cara nenek Hasamu bertahan hidup juga dengan bercocok tanam ubi jalar dan ubi dari lahan yang diperkitakan seluas 20x20 meter yang dipinjamkan pinjam dari warga setempat, sekaligus tempat ia membangun gubuk.
"Alhamdulillah, warga setempat membantu saya dibuatkan rumah-rumah kecil, karena tempat tinggal saya yang sudah lama selalu dimasuki air saat hujan," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar