Minggu, 19 November 2017

Ini Kisah Pilu Khan, Wajahnya Digigiti Suami karena Hamil Anak Perempuan

INDIA- Parveen Khan mungkin tak pernah melupakan kejadian mengerikan pada 29 Maret 2009. Saat itu, suaminya melakukan balas dendam dengan masuk kamarnya lalu menggigiti wajahnya dengan beringas.

Hari itu, Minggu sore, Khan berusia 33 tahun. Ia tengah tidur siang usai bekerja. Anak perempuannya, Bulbul Fareen dan Saniya Shaheen, bermain di luar rumah bersama anak tetangga.

"Dia memberi permen pada anak-anak dan berkata, "saya akan bertemu ibumu di dalam"," kata Khan dilaporkan Al Jazeera, Jumat (17/11/2017).
"Tiba-tiba dia melompat ke arahku yang sedang tidur, mencengkeram menggigit wajahku," sambungnya.

Menurutnya, suaminya itu berupaya menggigit hidungnya. Di masyarakat India, hal ini diartikan sebagai hukuman karena memberi reputasi buruk atas suaminya.

Khan mengungkapkan kepada publik apa yang dialaminya itu pada talkshow Satyamev Jayate. Acara bincang-bincang dengan bintang Bollywood, Aamir Khan, itu tayang pertama kali pada 6 Mei 2012.

"Saat acara itu disiarkan, dia seorang yang benar-benar mengilhami banyak orang. Mereka mendengar kisahnya," kenang Aamir Khan dalam film dokumenter Al Jazeera: Ular Pemikat Hati.

PENYIKSAAN

Hameed (46) adalah suami kedua Khan. Saat Khan usia 12 tahun, keluarga menikahkannya dengan pria yang usianya lebih dari dua kali lipat umurnya itu. meski ada undang-undang yang melarang tapi hal ini kerap terjadi.

Khan lahir di distrik Morena, daerah terpencil di negara bagian Madhya Pradesh, India tengah. Ia tak pernah sekolah seperti anak perempuan lainnya. Ayah Khan adalah pekerja dengan bayaran kecil. Ia tumbuh dengan doktrin bahwa pernikahan berarti berkurungnya satu orang yang harus diberi makan.

"Saya ingat, saya senang sekali menjadi pengantin, saya memakai baju merah terang dan lipstik merah," katanya. "Tapi di hati terdalam saya gugup akan hidup dengan dua orang yang usianya dua kali lipat umur saya dan belum pernah bertemu sebelumnya," sambungnya.

Dalam beberapa minggu saja, Khan menyadari ia hidup dengan orang yang tak mencintai dan tak menaruh kormat padanya. Ia sering dipukuli.

Pada saat itulah Khan bertemu Hameed lalu keduanya jatuh cinta. ketika itu, ia 16 tahun. Khan mengatakan pada orangtua bahwa ia akan bercerai dengan suaminya tapi hal ini membuatnya mendapat ancaman. Khan menentang mereka dan memilih menikah dengan Hameed yang berusia 21 tahun. Sejak itu, ia tak bicara lagi dengna orangtuanya.

"Untuk pertama kali saya jatuh cinta dan merasa hidup. Hameed adalah seseorang yang mengatakan cintanya pada saya setiap hari dan berjanji menjaga saya karena saya tak memiliki seorang pun dalam hidup saya, setelah pernikahan pertama saya," ungkap Khan.

Tapi itu hanya bertahan empat bulan. Pernikahannya kembali berantakan. Siklus pelecehan fisik dan psikis dialaminya lagi.

Hameed sering mengingatkannya tentang 'perselingkuhannya' terhadap suami pertamanya. Bahkan mencurigainya akan melakukan hal sama.
Saat usia pernikahan mereka berjalan 3 tahun, Khan hamil anak pertama. Tak bersemangat, Hameed mengatakan menginginkan anak lelaki.

"Setelah sembilan bulan, saya melahirkan bayi perempuan. Begitu melihatnya, Hameed keluar rumah sakit," kata Khan.

Saat Khan hamil anak kedua, Hameed bersikeras ingin anak lelaki. Bila bayi yang dikandungnya perempuan, ia minta supaya digugurkan saja.
"Saat usia kandungan tiga bulan, Hameed membawa saya ke rumah sakit untuk mengetahui jenis kelamin bayi. Saya menangis tapi dia menarik rambut saya, menyeret ke rumah sakit," ungkapnya. "Tanpa bertanya ke saya, ia memaksa saya masuk rumah sakit agar bayi yang ternyata berjenis kelamin perempuan itu digugurkan."

Untuk ketiga kali, suami memaksanya menggugurkan kandungan saat ia hamil lagi dan anak yang dikandungnya ternyata perempuan. "Saya hancur, sakit hati dan susah pulih dari trauma karena dua bayi yang tak bersalah dibunuh hanya kerena jenis kelmain mereka," katanya.

Dua aborsi dalam setahun membuat kondisi Khan lemah. Setahun berikutnya, ia mengalami keguguran sehingga dua tahun terakhir itu ia kehilangan tiga anak dengan trauma mental yang kuat dan mengalami kelelahan fisik.

TERANCAM

Pada 2006, Khan hamil lagi. Ia pun berjanji menjaga bayinya hingga harus menyembunyikan kehamilannya sampai kandungannya berusia enam bulan.
"Sekali waktu kami berdebat dan dia marah lalu mengunci saya dalam satu ruangan dan memukuli saya dnegna tongkat hoki," katanya.
Hameed menendang dan memukulinya dengan cara mengayunkan tongkat hoki, dari punggung ke pinggangnya. "Saya jatuh dan berdarah. Saat itu suami mengetahui saya hamil. Bayi perempuan saya selamat dan saya melahirkan anak perempuan cantik," ungkapnya.

Setelah melahirkan putri keduanya, Saniya, Khan menuntur cerai. Tapi Hameed menolak. Hal ini terus berlangsung selama 2,5 tahun. Hameed yang terus menolak permintaan cerainya membuat Khan memutuskan meninggalkan rumah. ia memilih tinggal terpisah bersama dua anak perempuannya.
Namun mimpi buruk itu terjadi. Hameed yang merasa harga dirinya dijatuhkan mulai 'menghukum' Khan. suaminya merasa terluka secara fisik dan emosional sejak kejadian dua tahun lalu itu.

Namun kekejaman Hameed tak pernah diadili. Ini karena Khan ditipu keluarganya yang meminta memaafkan suaminya itu bahkan mencabut semua tuduhannya.

"Saya diminta memaafkannya dan diberitahu bila saya tetap melakukan itu Hameed akan menceraikan saya dan membebaskan saya. Tapi ketika saya memaafkannya dan mencabut kembali kasus saya terhadapnya, ia menilak menceraikan saya. Sekarang ini, ia mengancam saya setiap hari," kata wanita yang kini berusia 41 tahun ini.

Bertahun-tahun setelah perlakukan sadis suami, Khan masih ketakutan akan keselamatannya dan anak-anaknya. Putri sulunya, Bulbul, kini berusia 20 tahun, sedang kuliah untuk mendapat gelar master administrasi bisnis. Bulbul ingin membuat ibunya bangga. Ia juga berharap bisa menikah dengan pria yang bisa menerima ibunya.

Saniya, kini 11 tahun. Putri kedua Khan ini seorang pelajar kelas tujuh. kelak dewasa, ia ingin menjadi pegawai negeri.
"Saya tak lagi berharap masyarakat memberi saya sesuatu, saya telah berhenti menentang. Tuhan telah memberi saya jalan dan saya mengikutinya. Saya bagahia dan bangga denvgan anak-anak perempuan saya," ucapnya.

"Anak-anak perempuan saya adalah anak-anak lelaki saya. Mereka belajar dan akan melakukan pekerjaan terhormat. Saya tahu mereka akan menjaga saya," jelasnya. "Saya ingin sampaikan pada semua orang bahwa anak perempuan bukan beban, mereka adalah berkah." (yp)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search