Liputan6.com, Semarang - Minggu, 29 Oktober 2017, Febby Budisantosa berada di sebuah ruangan di kompleks Balai Kota Semarang. Ia bersama 25 rekannya yang masih mahasiswa dan menjadi grand finalis Citizen Journalist Academy (CJA). Matanya menyapu seluruh ruangan, bahkan meneliti lipatan kursi yang sering diselipi bungkus permen atau sampah plastik lainnya.
Kamera di tangan, tripod di pelukan. Febby berjalan hendak memotret dan merekam Final Coaching Class yang diisi Azwar Anas, editor Liputan6.com. Mungkin karena tak hati-hati, kakinya terantuk kaki kursi.
"Wah ini de javu. Persis seperti tiga bulan silam," kata Febby pelan.
Sebelum ini, Febby memang mengikuti audisi CJA. Mengawali dari pendaftaran di tempat yang sama saat ia audisi dan akhirnya sukses mengikuti Final Coaching di tempat yang sama pula. Selama tiga bulan, ia menjadi akademia CJA dengan mengikuti kelas yang berpindah-pindah tempatnya.
Febby bercerita, saat mendaftar audisi ia tengah kehilangan semangat. Selain persoalan khas anak muda yakni asmara, ia merasa diremehkan oleh para dosennya. Febby mengalami krisis kepercayaan diri.
"Saya berangkat penuh ketidakpercayaan diri. Bayangkan ada seribu lebih mahasiswa berprestasi dari berbagai kota yang mendaftar, sementara saya ini apa," kata Febby dengan tatap mata menerawang langit-langit ruangan.
Pelan-pelan ia berhasil menyisihkan satu demi satu halangan. Dari 1.080 mahasiswa, akhirnya dipilih 30 mahasiswa dan Febby berada di dalamnya. Menurut Febby, itu semua karena kekuatan tangan Tuhan dan mengelola kenangan buruk.
:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1756475/original/014741000_1509444349-1501892599382.jpg)
Kenangan, momen-momen nostalgia memang selalu ada dalam tiap diri manusia. Menurut psikolog RS Elisabeth, Probowatie Tjondronegoro, kadangkala nasehat untuk melupakan masalah itu justru akan menambah masalah dan stres.
"Yang terjadi, banyaknya nasehat itu malah semakin menjadi beban. Bukan menyelesaikan namun menambah masalah," kata Probowatie kepada Liputan6.com, Selasa (31/10/2017).
Febby mengiyakan pendapat Probowatie. Ketika putus dari pacarnya, awalnya Febby menganggap sebagai kiamat kecil. Namun dengan penerimaan diri, ia meyakini bahwa Tuhan sedang bekerja yang baik untuknya.
"Tangan Tuhan intervensi dalam karya-karya video saya. Dan itu membuat saya bisa bangkit dari keterpurukan," kata Febby.
Bergabung sebagai finalis CJA memang tak langsung mebangkitkan rasa percaya dirinya. Namun penilaian atas dirinya sendiri itulah yang membuat ia bisa diterima oleh teman-teman barunya, oleh mentor-mentornya. Ia menyerap energi positif dari semuanya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar