MENJADI seorang pemadam kebakaran memang dituntut siap siaga. Bukan hanya saat kebakaran tiba, tetapi apabila bencana datang pun, harus siap siaga. Begitu pula bencana banjir di Jakarta, unit pemadam pun harus selalu siap bergerak.
Seperti Elik Cantona, satu petugas damkar di Unit Pemadam Kebakaran Sektor 6 Makasar Halim, Jakarta Timur. Di mengakui pernah tidak pulang, meninggalkan keluarga yakni anak dan istri di rumah selama sebulan. Saat itu ia bersama rekannya menangani dan evakuasi korban bencana banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur pada tahun 2015 lalu.
Menurutnya, bencana banjir di Kampung Pulo merupakan bencana yang paling lama, paling besar dan berkesan yang pernah ia alami semenjak menjadi anggota pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana sejak tahun 2004.
Elik menceritakan bahwa sebenarnya warga Kampung Pulo memang betah tinggal di bantaran kali. Menurut dia, warga di sana telah paham waktu naik turunnya debit air, bahkan hingga ada yang menyiapkan getek. "Bisa saya bilang warga Kampung Pulo waktu itu emang betah ya di sana, emang udah sakti mereka, air naik turunnya jam berapa-berapa aja mereka paham," tuturnya yang ditemui di Lapangan Silang Selatan Monas setelah menghadiri Apel Besar Kesiapsiagaan Bencana Pemerintah Provinsi DKI tahun 2017, Sabtu (18/11/2017) lalu.
"Waktu itu, kita di sana malah jadi alat transportasi warga, seakan-akan kalo mereka mau beli kebutuhan seperti rokok atau apa minta diseberangin, udahnya minta tolong pas mau balik lagi. Maksud kita kan evakuasi mereka ke tempat berbahaya ke tempat aman, terus sampe situasi aman lagi baru balik lagi, ini mah mereka malah mondar-mandir," tuturnya.
Menurut Elik, warga yang biasanya benar-benar minta tolong di evakuasi hanyalah warga yang sedang sakit, atau lansia, dia pun pernah mengevakuasi warga yang tersetrum listrik dan juga perempuan yang sedang hamil. "Kalo ibu hamil yang mau melahirkan kita udah cepet-cepet dahuluin tolong dia," tambahnya.
"Yang kesetrum tuh jadi waktu itu pas debit air naik, satu warga di rumahnya ada kabel telanjang terus kena air jadi kesetrum lah dia. Sempet pingsan juga, mungkin kaget tapi ya karena kita cepat tanggap semua beres, sampe di tempat aman dia langsung ditanganin," tutur Elik.
Elik mengakui hingga kini belum pernah menemui korban jiwa selama dia bertugas menangani bencana banjir. "Alhamdullilah sih kalau korban jiwa yang sampe meninggal kita gak pernah ketemu, paling ya sakit-sakit doang, itu juga masih bisa tertolong," tuturnya.
"Dari saya dan anggota lain pun Alhamdullilah gak pernah kena masalah, kita semua selalu siap dan hati-hati. Kita kan semua terlatih siap siaga bencana gini, alat juga sudah siap sedia semua, apalagi kalau kasusnya udah bencana kaya di Kampung Pulo," jelas Elik.
Elik memprediksi bahwa tahun ini Jakarta tidak akan banjir separah dulu lagi, menurutnya koordinasi Pemprov DKI Jakarta dalam pembersihan lingkungan khususnya aliran air sudah berjalan dengan maksimal. Unit pemadam kebakaran sendiri sering ikut aksi gabungan giat kebersihan kali.
"Yang penting warga Jakarta harus ditegaskan suruh bersih-bersih lingkungan sebelum banjir. Penegasan tersebut dilakukan lewat instansi terkait, seperti kecamatan, kelurahan, hingga RT/RW, jadi semua lapis masyarakat gerak cegah banjir," tambah Elik.
(mo1/sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar