Minggu, 05 November 2017

Kisah Rusuh Warga Baloi Kolam

batampos.co.id – Kawasan rumah liar (ruli) di Baloi Kolam mendadak heboh.

Ratusan warga keluar dari rumahnya berkumpul di pinggir jalan raya Yos Sudarso.

Mereka marah dan tak terima karena ada 20 orang yang menyebarkan selebaran berisi  pemberitahuan bahwa perusahaan menawarkan uang sagu hati kepada warga yang menempati lahan PT Alfinky Multi Berkat serta menyertakan nomor ponsel yang bisa dihubungi warga. Perusahaan berdalih, akan melakukan pembangunan di lahannya sesuai PL dengan nomor 24.23030745.04 dengan nomor Amdal : 01-P-KA/KOMDAL/BTM/I/2010. "Lahan perusahaan ada di tiga RT, tapi tak menyeluruh semua wilayah RT itu, sebab lahan PT Alfinky Multi Berkat hanya 9 hektare aja," ujar Humas PT Alfinky Multi Berkat, Jamaludin, kemarin.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Baloi Kolam, Robinson Nababan, awalnya mendadak ada 20 orang yang mengaku suruhan dari salah satu perusahaan yang mengklaim memiliki lahan di tiga RT tersebut.

"Mereka masuk ke rumah-rumah warga Baloi Kolam dan langsung membagikan selebaran berisi untuk segera mengosongkan rumahnya dan mengambil uang sagu hati mulai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Tahu ada yang membagikan selebaran untuk segera mengosongkan tempat tinggal, warga marah dan tak terima," ujar Robinson.

Warga langsung meminta orang yang membagi brosur itu keluar dari lokasi.
Setelah orang orang yang membagi brosur meninggalkan lokasi, warga sekitar jadi berkerumun sampai ke pinggir jalan raya. Saat itu suasana memanas. Dua anggota kepolisian berpakaian preman yang semula akan mengamankan situasi justru jadi korban karena aksi saling dorong. Satu anggota polisi terluka di lengan sebelah kanan dan satu pingsan akibat kemarahan warga.

Mengetahui ada polisi jadi korban, tim Buser Polresta Barelang mencoba menjemput rekannya yang terluka dan dan pingsan.

"Salah polisi pria yang terluka bernama Heru dari Reskrim Polresta Barelang. Sedang satu lagi polwan di Satuan Intelkan yang pingsan di TKP. Informasinya sih, mereka korban salah sasaran kemarahan warga," ujar sumber Batam Pos di kepolisian.

Selan menjemput dua rekannya, tim buser juga mengamankan Ristua Hutagaol atau sering disebut Hutagaol Bengkel, satu warga yang diduga penyebab anggota polisi terluka dan pingsan.

Warga berusaha memadamkan api yang dibakar warga di jalan raya, Sabtu (4/11). Warga Baloi Kolam marah karena warga mereka ditahan polisi yang diduga sebagai provokator saat perwakilan perusahaan PT. AMB membagikan selebaran peringatan kedua kepada warga Baloi Kolam. F. Dalil Harahap/Batam Pos

Melihat rekannya dijemput polisi, warga pun jadi marah. Polisi yang menjemput warga tersebut dikejar ratusan warga Baloi Kolam yang tak terima Ristua hendak dibawa tim Buser Polresta Barelang.

Karena merasa terancam, salah satu polisi melepaskan tembakan peringatan agar kemarahan warga mereda. Bukannya mereda, ratusan warga justru semakin nekat mengejar dan mendekati mobil tim Buser Satreskrim Polresta Barelang.

Dor…dor…. dor.. Terdengar suara tembakan.

"Diam di tempat. Jangan anarkis, kami polisi dari Polresta Barelang," ujar salah satu tim Buser Satreskrim Polresta Barelang yang ikut dikejar ratusan warga.

Sebelum meninggalkan lokasi, beberapa warga Baloi Kolam yang sudah marah, sempat melempar dan memukul kaca mobil tim Buser Satreskrim Polresta Barelang hingga kacanya bolong dan pecah di bagian belakang.

Melihat situasi yang mencekam, anggota tim buser langsung tancap gas meninggalkan lokasi.

Untuk meluapkan kemarahan dan emosinya, ratusan warga Baloi Kolam nekat memblokir jalan raya Yos Sudarso dari dua arah semuanya menggunakan papan dan ban yang dibakar serta tiang listrik yang tergeletak di tengah badan jalan yang dipalangkan. Hal tersebut sempat membuat macet arus lalu lintas dari Batuampar ke Simpang Jam maupun sebaliknya hampir sejam lamanya.

Pantauan Batam Pos di lokasi kejadian, tak hanya polisi yang memilih meninggalkan lokasi karena ancaman ratusan warga Baloi Kolam. Pengendara jalan pun juga ketakutan dan memilih memutar balik ke U-turn untuk menghindari aksi warga.

Bahkan beberapa warga yang bukan warga Baloi Kolam yang semula hanya ingin melihat keramaian aksi warga Baloi Kolam, pada berlarian menjauh menghindari adanya aksi salah sasaran.

Ada yang memilih lari menuju arah Simpang Jam, ada yang menuju arah Lubukbaja.

Mengetahui aksi warga mulai memanas hingga nekat memblokir jalan raya, puluhan personel bersepeda motor trail dari Sabhara Polresta Barelang datang ke lokasi Baloi Kolam . Polisi mulai membuka blokir jalan raya yang dibuat warga Baloi Kolam.

Setengah jam jalan raya kembali di buka, Kapolresta Barelang, Kombes Hengki turun menemui langsung ratusan warga. Beberapa perwakilan warga Baloi Kolam, seperti RT dan perangkat RW diajak berunding ke Mapolresta Barelang.

Ratusan warga memberikan waktu satu jam ke polisi, menunggu kepastian Ristua Hutagaol yang ditangkap untuk dikembalikan ke rumahnya kembali.

Warga tetap memilih menunggu di pinggir jalan raya berjam-jam lamanya. Sekitar pukul 15.30 WIB, polisi pun memulangkan Ristua Hutagaol.

Mengetahui Ristua dipulangkan polisi, ratusan warga yang semula hendak kembali beraksi memblokir jalan, memilih membubarkan diri.

Sementara perwakilan PT Alfinky, Jamaluddin menegaskan pihaknya sebelumnya sudah memberikan surat edaran terkait rencana penertiban rumah di tiga RT di Baloi Kolam yang merupakan lahan milik PT Alfinky. Namun surat edaran tersebut tak pernah sampai ke warga Baloi Kolam.

"Perusahaan kami dulunya juga pernah menggelar RDP soal akan kami pakai lahan yang merupakan hak kami untuk pembangunan dengan DPRD Batam. Tapi hasil RDP itu tak pernah sampai ke masyarakat Baloi Kolam. Ada apa ini, siapa yang sengaja membuangnya," tanya Jamaluddin.

Jamaluddin menyebutkan, lahan PT Alfinky Multi Berkat di Baloi kolam ada 9 hektare dengan PL nomor 24.23030745.04 dan nomor amdal 01-P-KA/KOMDAL/BTM/I/2010. Jamal bahkan menyebutkan, selama ini mereka sudah melakukan pendekatan dan berusaha mengajak warga yang bermukim di sana untuk diskusi mencari solusi.

"Buktinya sudah ada 30 kepala keluarga yang menerima uang sagu hati dari kami dan mereka siap pindah," ujarnya. Tapi pemberian uang sagu hati itu bocor oleh salah satu ketua RT di Baloi Kolam.

"RT itu mengarahkan warga untuk mengancam salah satu warga Baloi Kolam yang telah mau menerima uang sagu hati dari perusahaan kami, akan membakar rumahnya. Makanya sebenarnya banyak juga warga yang rela dan mau pindah dari Baloi Kolam dan menerima sagu hati dari perusahaan kami. Karena ada intimidasi dari pihak lainnya yang tak setuju hendak ditertibkan, makanya warga kembali tak berani atau menolak uang sagu hati dari kami," terang Jamaluddin. (gas)

Respon Anda?

komentar

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar