Kamis, 08 Maret 2018

4 Kisah PSK Paling Menyedihkan di Dunia, Salah Satunya di Indonesia

Seekor orangutan betina bernama Pony sempat dijadikan budak seks oleh seorang germo yang tidak diketahui identitasnya. Kasus ini terjadi pada 2007 silam.

Saat itu Pony hidup di lokalisasi Kereng Pangi, Kalimantan Tengah. Sejak usia 5 tahun Pony sudah diajarkan melayani para konsumen.

Sang germo mengaku Pony adalah primadona di tempat usahanya. Meski banyak pekerja seks manusia, banyak pelanggan yang lebih memilih Pony.

Alasannya pun di luar akal sehat: karena ingin merasakan sensasi berhubungan badan dengan orangutan. Bulu Pony dicukur habis agar pelanggan nyaman. Akibatnya Pony mengalami iritasi kulit.

Saat ditemukan Organisasi Penyelamatan Orangutan Borneo, Pony tengah dirantai dan terbaring di atas matras. Butuh waktu bertahun-tahun hingga Pony dapat dibebaskan.

Bahkan, regu penyelamat sempat terlibat konflik bersenjata dengan warga karena Pony dianggap aset berharga dan sumber rezeki. Perjuangan terhadap Pony tak berhenti sampai di situ.

Pony menunjukkan perilaku yang memprihatinkan selama proses rehabilitasi. Karena terbiasa "melayani", Pony langsung berlaku genit apabila dihampiri petugas rehabilitasi laki-laki. Bahkan, Pony menolak dirawat oleh petugas perempuan.

Pony juga tidak bisa mandiri akibat perlakuan bertahun-tahun yang diterimanya selama di tempat prostitusi, ia selalu disuapi manusia. Pony juga tidak memiliki keahlian memanjat.

Ia juga mengiba makanan dari para petugas yang ditemuinya dan tidak memiliki inisiatif untuk mencari buah sendiri. Setelah dimasukkan ke dalam sekolah rehabilitasi, ia dinyatakan gagal saat dilepas ke alam bebas.

Pony belum menunjukkan perilaku mandiri, ia selalu berada di tanah dan enggan mengeksplorasi hutan serta mengharap makanan dari para petugas.

Pada 2013, Pony dilepas kembali ke alam liar. Kali ini Pony sudah menunjukkan perkembangan, ia mampu bertindak "liar". Pony sudah aktif di hutan dan mampu mencari sumber pangan sendiri. Bahkan ia mampu bertahan hidup saat cuaca ekstrem melanda.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar