Melansir BBC Travel, Rabu (18/4/2018), inilah 'Kota Hantu' Dhanushkodi, India. Letaknya seperti terperangkap di antara dua laut yang berbeda.
Kurang lebih pada 50 tahun yang lalu, Dhanushkodi hampir dihapus dari peta. Namun, masyarakat setempat menyebutnya rumah dan menolak untuk pergi dari kawasan tersebut.
Letaknya ada di Pulau Pamban Tamil Nadu di ujung selatan Negara India. Persisnya sekitar 20 kilometer sebelah timur Kota Rameswaram, berbatasan dengan Sri Lanka dan hanya berjarak 18 33 km ke arah timur.
Selama awal abad ke-20, ketika India masih di bawah kekuasaan Inggris, Dhanushkodi adalah kota perdagangan yang amat berkembang. Di sana ada kantor polisi, gereja, stasiun kereta api, sekolah dan lebih dari 600 rumah penduduk.
Penduduk Dhanushkodi mencari air (BBC Travel) |
Dhanushkodi diapit dua laut, di satu sisi ada Teluk Benggala dan ada Samudra Hindia di sisi lainnya. Nelayan lokal menyebut Teluk Benggala dengan nama 'Penn Kadal' (laut feminin) karena lebih tenang daripada Samudra Hindia.
Mereka memancing di sisi ini selama musim panas. Ketika arah angin berubah dan mengubah perairan Teluk Bengal menjadi berombak, mereka pindah ke Samudra Hindia di mana kondisinya ombaknya akan lebih baik.
Meskipun penduduk desa bergantung pada laut untuk mata pencaharian, mereka tidak berdaya ketika melepaskan kemarahannya. Pada bulan Desember 1964, badai besar mengubah nasib tempat ini selamanya, karena menjadi bencana alam terbesar yang membunuh ratusan orang.
Setelah Badai Siklon di bagian selatan Dhanushkodi, termasuk sejumlah rumah, jalan, dan tempat ibadah terendam 5 meter di bawah laut. Akibatnya, kota itu dinyatakan tidak layak untuk jadi tempat tinggal manusia oleh pemerintah India dan para korban dipindahkan ke Rameswaram.
Anak-anak Dhanushkodi mencari ikan di pinggir pantai (BBC Travel) |
Tapi para nelayan tidak bisa lepas dari laut. Mereka tidak bisa membangun kembali kehidupan mereka di tempat lain dan memutuskan untuk kembali tinggal di reruntuhan, bekas rumah mereka di Dhanushkodi. Tidak ada listrik juga tidak ada air bersih, layanan medis atau fasilitas lainnya.
Sekitar 400 penduduk desa bertahan hanya dengan beberapa peralatan dapur dan peralatan memancing yang sederhana. Mereka tinggal di rumah jerami darurat dan menggali sumur dengan tangan kosong untuk mencari sumber air minum.
Penduduk Dhanushkodi amat menjunjung tinggi tradisinya. Seperti kegiatan memancing dan sudah dilakukan keluarganya selama beberapa generasi. Beberapa di antaranya menggunakan metode yang dikenal sebagai olla vella, di mana nelayan mengikat daun kelapa ke jaring untuk mencegah ikan lari dan jaring ditarik ke pantai.
Nelayan akan keluar pada malam hari untuk mengangkut ikan dari jaring mereka dan kembali ke pantai di pagi hari. Mengandalkan angin, bintang dan ombak untuk membimbing pekerjaan mereka itu.
Kapal nelayan Dhanushkodi (BBC Travel) |
Para nelayan Dhanushkodi juga sering berhadapan dengan angkatan laut Sri Lanka. Kehadiran angkatan laut ini membuat para nelayan Dhanushkodi hidup dalam ketakutan karena ditangkap secara tidak sengaja di perairan India dan para nelayan mengaku sering mematikan mesin kapal di malam hari karena takut dan harus mendayung perahu mereka melintasi lautan hitam pekat untuk mencapai rumah dengan selamat.
Sementara yang tua mencari ikan sampai ke tengah laut, anak-anak akan memancing dengan tangan di daerah yang lebih dangkal. Penduduk desa masih hidup dalam ketakutan akan kehilangan rumah mereka sekali lagi.
Tahun lalu, The Times of India melaporkan bahwa pemerintah setempat berencana untuk mengembangkan pariwisata di Dhanushkodi. Hanya waktu yang akan memberi tahu apakah ini akan memberi peluang baru bagi masyarakat di sana atau sebaliknya. (msl/aff)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar