TRIBUNMANADO.CO.ID - Kalangan Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Manado mengenal sebuah tarian bernama Reidans (Tari Jajar).
Sebagaimana Tari Pasutri dan Tari Selendang Biru, tari ini asli milik Gereja Keuskupan Manado.
Menurut Pastor Cardo Renwarin, antropolog Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, tari jajar dimulai di Tomohon atas inisiatif Dokter HAPC Oomen (istri Dokter Oomen) dari Rumah Sakit Marien Heuvel (Gunung Maria)
"Peserta awal pemuda-mudi Tomohon yang giat di persekolahan Walterus dan Gonzaga juga karyawan Rumah Sakit Gunung Maria (kompleks misi), pemain awal antara lain kedua orangtuaku (Hendrik Joakim Renwarin dan Macrien Veronika Senduk) juga ayah dari Pastor Polce Pitoy," katanya, Rabu (25/4/2018)
Katanya, insipirasinya dari Pandu-Pramuka semasa (pandu Belanda) yang punya tari dan gerak jalan. Itu digabung dengan folklore Tombulu.
"Tari jajar lebih dulu ditarikan secara massal di lapangan sekolah Walterus Tomohon saat ada pertemuan pemuda katolik (mudika atau OMK sekarang) se-Keuskupan Manado," katanya.
Saat itu rumah uskup masih di kompleks gonzaga Tomohon. Setelah ada pasar malam atau aksi amal di paroki Manado Selatan tahun 1967 untuk cari dana pembangunan gereja.
"Satu di antara lomba ialah tarijajar atau reidans di samping koor, Maengket dan Selendang biru," ujarnya
Pertemuan pemuda Katolik (sekarang pertemuan berkala OMK) sesudah perang dunia ke-2 pada 1947 sudah dimulai pandu di Tomohon.

Ben Palar, Sejarahwan Sulut mengatakan tari ini dimulai tahun 1939 oleh dr HAPC Omen. Tari itu ditarikan perawat Katolik di rumah sakit Marien Heuvel (Gunung Maria sekarang) dan kemudian muda-mudi Katolik di Tomohon untuk pergaulan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar