Kala hutan berubah seperti menjadi kebun sawit, satwa-satwa pun kehilangan tempat hidup mereka, seperti dialami beruang madu di Riau. Habitat tergerus menyebabkan beruang madu masuk ke perkampungan dekat hutan.
Data Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Riau, beruang madu muncul ke permukiman penduduk, lebih delapan kali dalam tiga minggu terakhir. Satwa ini mencari makan di kebun, memburu ayam, kucing, dan tanaman buah-buahan kebun juga rusak.
Menurut sejumlah warga desa, beruang muncul karena hutan sudah hancur hingga makanan berkurang. Hutan berganti sawit. Konfilk dengan manusiapun terjadi, satwa diburu dan dibunuh, dianggap hama perusak yang menyerang dan memangsa ternak. Ada juga yang memasang jerat dan jaring. Jika hidup, terkadang ada yang menjual ke pasar gelap.
Pekan lalu, di Desa Pulo Tinggi, Kecamatan Kampan, Kampar, Riau, warga menjerat satu beruang madu. Beruntung, Seksi Perlindungan Pengawetan dan Perpetaan BKSDA Riau mengetahui dan langsung menurunkan tim evakuasi.
Evakuasi sempat berjalan alot, karena warga tak ingin beruang buruan dibawa petugas. Setelah diberi penjelasan ada UU bisa menjerat yang memburu, menjual dan memiliki tanpa izin, barulah warga menyerahkan.
Penyelamatan ini bukan pertama kali. Pada Mei 2016, BKSDA Riau juga evakuasi beruang madu peliharaan warga hasil jeratan di Desa Koto Tibun. Warga tahu kalau satwa ini dilindungi, ketika petugas datang, mereka sukarela menyerahkan. Bulan sama, BKSDA menyita beruang madu jadi sirkus. Satwa peliharaan ini jinak sekali.
Dian Indriyati, Humas BKSDA Riau, mengatakan, dalam satu bulan terakhir, tiga desa berdekatan dengan hutan di Riau, dimasuki beruang madu. Ada 100 ayam mati, telur ayam juga dimakan. Lima kucing juga mati diserang.
beruang madu terakhir evakuasi sudah masuk karantina dan rehabilitasi. Begitu juga dua beruang sitaan. Perlakuan bagi ketiga beruang ini berbeda. Yang liar, katanya, dengan memberikan makanan di tempat sedikit sulit agar insting mencari makan di alam bebas terjaga.
Untuk dua lainnya, perlu perlakuan khusus dalam rehabilitasi karena terlalu jinak, sudah lama berdampingan dengan manusia. Paling utama, katanya, mengembalikan insting liar. Salah satu, dengan memberikan makanan bertahap mulai meletakkan di tempat mudah terjangkau, hingga ke lokasi sulit. "Ini sangat perlu agar saat di rilis beruang bisa bersaing mencari makanan, dan mampu bertahan hidup," katanya.
Jika tak belajar mengembalikan naluri liar, ucap Dian, sama saja membunuh mereka di alam liar. Beruang evakuasi, katanya, segera dirilis ke alam tetapi lokasi belum bisa diberitahukan, karena masih tahap survei lapangan. Lokasi rilis, katanya, jauh dari perkampungan dan makanan berlimpah.
[embedded content]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar