Kisah Inspiratif, Uwais al-Qarni Sang Penghuni Langit
MerahPutih Stories - Sebentar lagi kita akan menghadapi tahun yang baru. Banyak yang menyambutnya dengan suka cita, tapi ada pula yang memulai tahun 2017 dengan kesedihan.
Nah, Sahabat MP, kali ini merahputih.com ingin membagi kisah inspiratif untuk menemani kalian di akhir tahun ini. Kisah tersebut datang dari seseorang yang hidup di zaman Rasulullah bernama Uwais al-Qarni.
Yuk kita mulai saja kisahnya.
Dahulu, hiduplah seorang pemuda yang bermata biru, berambut pirang, bertubuh gagah dan kulitnya kemerah-merahan. Pria yang bernama Uwais al-Qarni adalah seorang yang ahli ibadah, jika dia bersumbah demi Allah pasti terkabul.
Namun, dibalik itu semua, Uwais adalah seseorang yang sangat miskin. Harta yang ia miliki hanyalah dua helai pakaian yang dudah kusut. Tak ada orang yang menghiraukan nasib Uwais. Pemuda dari Yaman ini sejak kecil telah menjadi yatim. Ia tidak memiliki sanak famili kecuali ibunya yang telah tua renta dan lumpuh.
Pernah suatu ketika seorang fuqoha' di negeri Kuffah ingin mencoba dekat dengannya. Uwais pun diberi dua helai pakaian baru sebagai hadiah. Tapi Uwais menolak sambil berkata:
"Aku khawatir, nanti ada orang yang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, pasti dari mencuri".
Setiap harinya ia mengais rezeki sebagai pengembala kambing. Hasilnya pun hanya cukup membiayai kehidupannya bersama sang ibu di hari itu. Jika memiliki uang lebih, ia sengaja memberikan kepada tetangga yang memiliki nasib sama dengannya.
Uwais al-Qarny memang sangan mencintai Rasulullah. Diceritakan usai perang Uhud ia mendapat kabar jika Rasulullah mendapat cedera hingga giginya patah akibat terlempar batu oleh musuhnya. Ia pun langsung segera memukul giginya hingga patah. Uwais ingin membuktikan bila ia benar-benar mencintai Rasulullah.
Hari terus berganti, keinginannya untuk bertemu Rasulullah pun tak dapat dibendung lagi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengungkapkan keinginannya kepada sang ibu.
"Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang".
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Perjalanan panjang dilalui Uwais. Jarak antara Yaman menuju Madinah kurang lebih 400 kilometer. Berbagai rintangan ia lalui untuk bertemu baginda Rasul. Namun sesampainya di Madinah, ia merasa kecewa. Hal tersebut lantaran hanya bertemu putri Rasulullah, Sayyidah Fatimah binti Muhammad. Sedang orang yang ingin dijumpai tidak ada dirumah melainkan berada di medan perang.
Dalam hati, Uwais ingin sekali menunggu Rasul, namun ia terniang dengan kata-kata ibunya untuk lekas pulang. Ketaatan kepada ibunya membuat ia mengalah, Uwais pun langsung berpamitan dan hanya menitipkan salam.
Sepulang berperang, Rasulullah langsung menanyakan kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit dan sangat terkenal di langit. Mendengar perkataan baginda Rasulullah, Sayyidatina Fathimah a.s. dan para sahabatnya tertegun.
Rasulullah bersabda:
"Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya."Sesudah itu Rasul, memandang kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab dan bersabda:
"Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".
Tahun terus berganti, dan tak lama kemudian Nabi wafat, hingga kekhalifahan Abu Bakar telah diestafetkan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi tentang Uwais, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada Imam Ali untuk mencarinya bersama. Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, mereka berdua selalu menanyakan tentang Uwais, apakah ia turut bersama mereka.
Singkat cerita, Uwais datang bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Umar dan Ali mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, dia berdua bergegas pergi menemui Uwais.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Umar dan Ali memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar langsung membalikan tangan Uwais untuk memastikan sabda Rasul apakah yang ia temui benar Uwais yang dimaksud Rasul. Setelah terbukti benar Uwais langsung ditanya oleh Umar dan Ali:
"Siapakah nama saudara?".
"Abdullah", jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabat pun tertawa dan mengatakan:
"Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?".
Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-Qarni".
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Imam Ali memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
"Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian".
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:
"Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata,
"Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".
Nah Sahabat MP, itulah sepenggal kisah yang patuk kita ambil contoh. Kisah Uwais al-Qarni mengajarkan kita bagaimana selalu merasa bersyukur atas apa yang diberikan Allah. Berbaktinya Uwais kepada orang tua juga pantas untuk kita renungi.
This article passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article: The Guardian's Summary of Julian Assange's Interview Went Viral and Was Completely False.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar