Selasa, 11 April 2017

Kisah Heroik Ibu dan Anak yang Selamat dari Penyanderaan di Atas Angkot

FAJARONLINE.COM – Risma Oktaviani patut bersyukur bisa selamat dari maut. Dia tak akan pernah melupakan penyanderaan yang dialaminya bersama Dafa Ibnu Hafiz, 2, putranya, malam itu. Perempuan 26 tahun tersebut masih trauma. Perampasan yang berujung penyanderaan itu nyaris membuat nyawanya dan sang buah hati melayang.

Meski begitu, Risma bersyukur. Berkat bantuan petugas dan warga, dia dan anaknya selamat. ''Terima kasih sebesar-besarnya untuk warga dan petugas yang telah menyelamatkan nyawa saya dan Dafa,'' kata Risma di RS Persahabatan, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (10/4/2017).

Risma bercerita, peristiwa itu berawal ketika dirinya hendak pulang pada Minggu malam (9/4). Dia baru pulang dari rumah Nur Sopian, ibu suaminya. Risma biasa mengunjungi mertuanya tersebut. Saat weekend, dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga besarnya itu.

Setelah seharian berkumpul, Risma pamit pulang. Dia naik angkutan kota (angkot) KWK 25 dari Bintara menuju rumahnya di Jalan Layur BI, RT 7, RW 11, Pulogadung, Jakarta Timur. Di angkot tersebut, hanya ada tiga orang. Yakni, Risma dan anaknya serta satu penumpang lain. Seorang penumpang itu diketahui bernama Isnawati. Dia duduk di dekat pintu.

Di Halte Mawar, Hermawan, 28, naik dengan membawa ransel. Dia duduk di samping kanan Risma. Hermawan kemudian mengeluarkan pisau dan menodongkan kepada Risma. Pelaku meminta uang dan handphone Risma dan Isnawati. Mereka menuruti permintaan pelaku. ''Jika tidak nurut, pelaku melakukan kekerasan kepada saya dan Dafa,'' ujarnya dengan didampingi suaminya, Nur Sopian.

Kondisi di dalam angkot tersebut sangat mencekam. Isnawati melawan pelaku. Perempuan 40 tahun tersebut tidak menuruti perintah pelaku. Dia hanya memberikan handphone. Perhiasan dan uang tunai tetap dipertahankan. Ancaman pelaku tidak membuat nyali Isnawati ciut. Dia justru menantang pelaku untuk membuktikan omongannya.

''Si sopir menunjukkan sikap biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa. Dengan santai, sopir itu mengemudikan kendaraannya,'' papar Risma.

Di traffic light di bawah flyover Buaran, tepatnya dekat Buaran Plaza, sopir memberhentikan kendaraannya. Sopir itu kemudian kabur. Isnawati juga melarikan diri. Dia kemudian berteriak minta tolong. Teriakan tersebut menarik perhatian pengguna jalan dan warga sekitar. Warga pun mengepung pelaku.

Karena panik, Hermawan menyandera Risma dan Dafa. Pelaku menodongkan pisau ke leher korban. Pelaku menyuruh warga bubar. Jika permintaannya tidak dituruti, dia tidak segan-segan membunuh Risma dan Dafa. Penyanderaan itu berlangsung sekitar 30 menit.

Dalam penyanderaan, Risma meminta pelaku membiarkan Dafa pergi. Dia mengikhlaskan nyawanya. Namun, Hermawan tak menggubrisnya. Dia mengancam tidak akan membebaskan Risma dan anaknya sebelum massa bubar atau sopir angkot itu membawanya ke Rawamangun. ''Dia malah bilang, kita mati bareng-bareng di sini,'' tambah Risma.

Ketika itu, Risma pasrah. Dia terus memeluk putra pertamanya tersebut. Yang dipikirkan Risma hanya keselamatan anaknya. Dafa juga terus memanggil ibunya. Lirih. ''Waktu itu, Dafa hanya manggil saya, ibu-ibu,'' ujarnya dengan terbata-bata.

Emosi pelaku memuncak ketika polisi datang. Pelaku menyayat jari telunjuk, jempol kiri, dan telapak tangan kanan Risma. Lehernya juga tergores pisau. Pelaku terus berteriak agar sopir meneruskan perjalanan. Namun, tidak ada yang menggubrisnya. Sopir angkot itu beralasan kunci kendaraannya hilang.

Polisi pun berusaha bernegosiasi dengan Hermawan. Petugas meminta pelaku membebaskan korban. Jika mau menuruti, polisi tersebut berjanji tidak bertindak tegas. Negosiasi itu berjalan alot. Hermawan bergeming. Aparat pun bertindak tegas dengan memberikan satu tembakan peringatan.

Suara tembakan tersebut membuat Hermawan kaget. Pisau yang dipegangnya mengenai punggung kiri Dafa. Risam bertambah panik. Sambil memeluk Dafa, dia berusaha meloloskan diri. ''Saat hendak kabur, pelaku berusaha melukai Dafa. Gagal. Dafa langsung ditarik warga,'' ujarnya.

Tidak lama, peluru petugas menembus lengan kanan Hermawan. Pelaku pun terkapar. Petugas bergegas menangkap dan mengevakuasi Hermawan ke RS Polri Kramat Jati. Sementara itu, Risma dan Dafa dibawa ke RS Islam Jakarta. ''Saya tidak terlalu ingat saat penangkapan. Soalnya, kondisi saya sudah sangat lemas dan setengah sadar,'' papar Risma.

Susan Hendriaarini, dokter ahli bedah jantung, paru-paru, dan pembuluh darah RS Persahabatan, menjelaskan bahwa Dafa dirujuk ke RS tersebut kemarin pukul 02.00. Saat itu, kondisi Dafa stabil. Fisiknya masih kuat. Hanya, balita tersebut mengalami luka robek di punggung kiri karena sayatan senjata tajam. ''Dafa langsung kami rontgen. Hasilnya, pisau itu tidak sampai mengenai rongga dadanya,'' katanya kemarin.

Setelah itu, luka Dafa itu dijahit. Dia sudah dipindahkan ke ruang inap Bougenvile. Kondisinya jauh lebih baik. Dafa boleh pulang hari ini. ''Besok (hari ini, Red) Dafa bisa pulang dan rawat jalan. Pengobatan pasien menggunakan BPJS,'' ujar Susan. (jpg)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search