Minggu, 28 Mei 2017

Kisah Paulina Konsisten Berjualan Kue Talam Selama 40 Tahun

LARIS MANIS: Kurnia (kanan) bersama Paulina sibuk memotong kue talam. (Galih Adi Prasetyo/Jawa Pos/JawaPos.com)

Ramadan selalu membawa berkah bagi para pedagang. Di Jalan Nyamplungan, ada seorang ibu yang tak pernah absen berjualan kue talam selama Ramadan.

GALIH ADI PRASETYO

CUACA masih terik. Namun, aktivitas di Jalan Nyamplungan, tampaknya, tidak mengenal panas yang menyengat. Di depan sebuah konter HP, Paulina menata meja dagangan dengan dibantu anak gadisnya. Kegiatan tersebut terus dilakoninya selama Ramadan. Meja berukuran 80 cm x 1 meter itu ditumpuki 5 loyang bundar berdiameter 35 sentimeter. Di sisi kanannya, tertata berbagai kue dan masakan tradisional lain. Tidak berapa lama, orang-orang mulai mengerubungi lapak miliknya. Dengan cekatan, tangannya mengiris kue yang ada di loyang.

Dagangan milik Paulina memang spesial. Kehadirannya selalu ditunggu masyarakat di sana. Kue talam, begitu sebutannya. Kue berbahan dasar tepung beras tersebut memiliki berbagai rasa yang unik dan nikmat. ''Ada enam jenis kue talam yang saya jual," terang Paulina.

Jenis kue yang dijual, antara lain, talam amparan tatag pisang, talam sarimuka lakatan, talam nangka susun, talam putri salak, talam kararaban, dan talam patah. Masing-masing memiliki ciri khas. Misalnya, talam kararaban yang seluruhnya terbuat dari tepung beras dan di atasnya ditaburi bubuk kayu manis. Terkadang ada pula yang dicampur dengan udang. Namanya talam ebi.

Sepotong kue talam ukuran 10 x 15 sentimeter dihargai Rp 13 ribu. Harga yang cukup murah untuk sebuah kue yang tebalnya sekitar 10 sentimeter itu. ''Seloyang bisa jadi 30 potong talam," jelas Paulina. Kue talam menjadi kudapan khas yang hanya ada saat Ramadan. Paulina adalah satu di antara dua pedagang kue talam yang masih bertahan.

Salah seorang yang selalu menunggu Paulina membuka lapaknya adalah Umi Hanifa. Dia menjadi langganan Paulina selama bertahun-tahun. ''Kuenya enak. Suami dan anak-anak suka. Hampir tiap hari beli," kata Umi.

Saking larisnya, dagangan Paulina ludes sebelum magrib. Selain kue talam, ada beberapa kue yang dia jual. Misalnya, bikang banjar dan apem berendam. ''Ini seperti kue apem cuam dikasih juruh gula," terangnya.

Sudah 40 tahun Paulina menjajakan kudapan manis dan gurih tersebut di Jalan Nyampungan. Resep yang diperolehnya pun turun-temurun dari generasi ke generasi. ''Ini sejak mamak dan abah saya. Waktu saya kecil udah bikin kue talam," tuturnya.

Pembuatannya pun tergolong susah-susah gampang. Butuh ketelatenan ekstra untuk memperoleh kue talam yang sempurna. Apalagi, bahannya harus berkualitas bagus agar bisa mendapatkan rasa kenyal yang pas.

Kurnia Ata Nurrahman, putri Paulina, menunjukkan cara membuat kue talam putri selak. Pertama, dia membuat adonan untuk lapisan pertama. Bahan dasarnya adalah parutan kelapa yang diaduk dengan gula. Selanjutnya, adonan tersebut ditempatkan dalam loyang dan dikukus. Selang 30 menit, kukusan tersebut diangkat. Kemudian, di atasnya dituangi adonan telur kocok. Lalu, dikukus lagi selama 10 menit. Terakhir, adonan tepung beras dituang di atasnya dan dikukus lagi sekitar satu jam. ''Pokoknya untuk satu loyang rata-rata butuh waktu tiga jam," jelas Kurnia.

Karena waktu yang dibutuhkan untuk memasak cukup lama, sejak subuh Paulina sibuk di dapurnya. Meskipun mengawali proses masak sejak pagi buta, Paulina hanya mampu menghasilkan enam jenis kue talam. Masing-masing pun hanya satu loyang. ''Biasanya bikin kue semuanya baru selesai jam 12 siang," ujar Paulina.

Selain hanya menjajakan pada bulan puasa, Paulina kerab menerima pesanan. Memang, kue talam sering menjadi penganan wajib dalam adat Banjar. ''Kalau orang Banjar di Surabaya ada yang nikah, pasti mereka pesan kue talam," terang Paulina.

Paulina menjadi satu di antara puluhan pedagang yang rajin menggelar lapak takjil selama Ramadan. Momentum Ramadan memang menjadi kesempatan untuk memperoleh rezeki lebih. ''Tiap Ramadan selalu membawa berkah," ujar Paulina. (*/c7/oni)

Alur Cerita Berita

Rekomendasi Untuk Anda

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search