Senin, 29 Mei 2017

Kisah Tim Penguntit di Salat Jumat Sebelum OTT Auditor BPK

Atas panggilan Tuhan tersebut, pegawai eselon III Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo, bergegas mengayunkan langkah kaki menuju masjid kantornya. Penuh semangat, sama seperti puluhan jamaah lain yang hendak menunaikan sholat Jumat terakhir sebelum memasuki Ramadan.

Jarot tidak pernah menyangka, bahwa salat Jumat itu menjadi yang terakhir kali baginya sebagai orang bebas. Sebab, hari itu menjadi Jumat keramat (istilah kegiatan penindakan di KPK) yang menjadikan ritual itu sebagai salat berjamaah terakhir di lembaga yang membesarkan namanya.

Sebab, kini dia harus berurusan dengan KPK karena diduga melakukan penyuapan yang melibatkan dirinya dan Irjen Kemendes PDTT Sugito. Dia tak sadar, dalam beberapa bulan terakhir telepon selulernya disadap. Tidak hanya itu, gerak-geriknya juga sudah dipantau tim Satgas penindakan lembaga antirasuah.

Saat itu, dia diduga menjadi messenger Sugito untuk memberikan ''perhatian'' kepada dua auditor BPK yakni Ali Sadli dan Rochmadi Saptogiri. Perhatian adalah kata yang menjadi kode untuk pemberian duit suap terhadap keduanya. Uang itu belakangan terungkap sebagai mahar atas pemberian predikat laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk kementerian yang kini dipimpin Eko Putro Sandjojo itu.

Jarot, begitu sapaan akrabnya, juga tak menyadari jika di dalam masjid tempatnya salat, sedang dikuntit rombongan tim antirasuah. Saat itu, personil KPK memang memilih menunaikan ibadah salat Jumat berjamaah di masjid Kemendes PDTT.

Di waktu yang bersamaan, untuk memastikan uang tersebut sampai ke tangan dua auditor BPK, tim KPK berpencar. Ada yang menunaikan salat Jumat di luar Gedung BPK. Sebab mereka tidak ingin terdeteksi oleh Ali Sadli yang tengah menunaikan salat Jumat di Masjid Baitul Hasib, kantor BPK.

'' Tim lain mengikuti Jumatan di kantor lain, karena ALS (Ali Sadli) ada di sana (masjid BPK),'' tutur sumber internal KPK, saat berbincang dengan JawaPos.com, Sabtu (27/5) malam.

Sesuai rencana, selesai salat Jumat, Jarot bergegas menunaikan perintah atasannya untuk memberikan uang Rp 40 juta. Jumlah itu untuk menggenapi permintaan sang auditor. Sebelumnya, mereka sudah menerima duit pelumas sebesar Rp 200 juta di awal Mei.

Bakda salat Ashar, sekitar pukul 15.30 Wib, Jarot keluar dari lembaga auditor keuangan negara yang dipimpin Moerhadi Soerja Djanegara itu. Paket berisikan uang tunai Rp 40 juta tidak lagi ada di tangannya.

Usai mobil yang dikendarai Jarot bersama sopirnya keluar dari gedung BPK yang terletak di Jalan Gatot Soebroto Jakarta, petugas KPK langsung menghentikan laju kendaraan yang ditumpanginya. Setelah dilakukan interogasi sesaat, Jarot tak bisa mengelak dan mengakui perbuatan yang dilakukannya. ''Dia menyerah,'' sambung sumber tersebut.

Jarot langsung di gelandang tim KPK ke ruang Ali Sadli. Benar saja, duit pelumas sebesar Rp 40 juta sebagai upeti pembelian WTP untuk Kemendes PDTT yang baru diserahkan Jarot ke Ali berhasil ditemukan KPK. Sementara tim lain, langsung menciduk Rochmadi bersama sekretarisnya.

''Di sana kita temukan duit lain Rp 1,145 miliar dan USD 3 ribu,'' papar sumber tersebut.

Dari penangkapan Rochmadi, petugas KPK terpaksa menggelandang satuan keamanan (Satpam) yang berjaga dan menyaksikan penangkapan Rochmadi. Hal yang sama juga dilakukan petugas KPK kepada sopir Jarot. Mereka dijadikan saksi penangkapan atasannya, sebelum akhirnya dibebaskan karena tidak terlibat perkara.

Selanjutnya, setelah peristiwa BPK selesai, tim lain langsung menangkap Sugito sekitar pukul 16.20 WIB yang kala itu masih berada di kantornya. Sugito tak menyangka, jika idenya memberi suap kepada auditor BPK berbuah derita. Kini, keempat orang tersebut terpaksa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena sudah ditetapkan tersangka. (wnd/JPG)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search