Dibalik keberhasilan seorang anak, pasti ada andil seorang ibu yang hebat, sebagaimana yang dialami oleh calon Gubernur Sumut nomor urut 1, H. Edy Rahmayadi. Sudah sepatutnyalah dirinya bersyukur, karena memiliki seorang ibu yang sangat peduli pada pendidikannya. Sehingga dirinya berhasil menyelesaikan pendidikannya, hingga mencapai karir militer sebagai Pangkostrad.
"Ibu saya jual kue untuk bisa menyekolahkan saya. Alhamdulillah saya pernah jadi Pangkostrad," kata Edy Rahmayadi saat ngopi bareng serta berdialog bersama warga di warung kopi Ulee Kareng, Jalan Dr Mansyur, Medan, Jumat (23/2/2018).
Untuk bisa menyekolahkan dirinya, sang ibu dulunya harus berjuang keras membanting tulang dengan cara berjualan kue. Sebagai anak, Edy juga turut membantu dengan mengantarkan dagangan kue ibunya ke sekolah.
"Waktu sama duduk di bangku SMA, saya hanya pengantar kue buatan ibu saya," lanjutnya.
Dalam diskusi tersebut, Edy merasa dirinya sangat beruntung bisa menjalani proses hidup yang terbilang sangat bernilai seperti itu. Baginya, berjuang dan bekerja keras dari nol membuatnya lebih memahami bagaimana rasanya menjadi orang susah.
"Jangan lihat saya sekarang, tapi lihat bagaimana prosesnya. Semua tidak ada yang instan, harus dengan kerja keras," tegas Edy
Oleh karena itulah, Edy berharap nantinya biaya pendidikan di Sumut bisa lebih dijangkau oleh rakyat kecil, dan jangan ada lagi praktek kecurangan dalam proses penerimaan siswa baru.
"Biaya pendidikan jangan lah diakali. Kasihan orang miskin. Saya ini pernah miskin jadi saya tahu rasanya," ujarnya.
Selain menyinggung soal pendidikan, Edy juga turut menyoroti permasalahan kesehatan di Sumut yang tak kalah pentingnya, khususnya yang berkaitan dengan ibu hamil. Edy merasa sangat prihatin atas mahalnya biaya persalinan dan maraknya gizi buruk, dan lagi - lagi hal itu disebabkan karena rendahnya kesejahteraan masyarakat di Sumut.
"Jangan ada lagi ibu yang mau melahirkan tapi maaih disibukkan dengan biaya persalinan. Jangan ada lagi anak gizi buruk atau tak punya biaya saat menderita sakit seperti kasus anak hydrocepalus yang ditelantarkan karena tak punya biaya berobat," kata Edy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar