Sabtu, 21 Mei 2016

Kisah Tegang Yusril Saat Bikin Pidato Pengunduran Diri Pak Harto

"Pak Harto sempat merebut pulpen dari Yusril yang tak mau mengikuti keinginannya".

Yusril Ihza Mahendra yang Bikin Pidato Pengunduran Diri Pak Harto

Seperti yang diketahui jika pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden R1. Di balik pengunduran diri itu, tersimpan kisah menegangkan antara Yusril Ihza Mahendra dengan Soeharto.

Yusril menjadi saksi lengsernya Soeharto karena dirinya yang menyusun teks pengunduran diri sang presiden. Soal menulis teks pidato, Yusril mengaku diajarkan Profesor Usman Ralibi seorang pakar komunikasi politik yang mengajar mata kuliah propaganda politik.

Yusril pun menceritakan detik-detik jatuhnya Soeharto. Seperti yang dilansir Liputan6, pada 20 Mei 1998 Yusril menginap di Cendana kediaman Soeharto karena Bapak Pembangunan itu membutuhkan pendapatnya. Ketika itu ketegangan menyelimuti, karena Saoeharto gelisah pada malam menjelang kejatuhannya.

"Ya sudah, kalau begitu saya mundur saja besok. Kamu urus bagaimana cara saya berhenti" kata Yusril menirukan ucapan Soeharto kepadanya ketika itu.

Yusril dan rekan-rekannya pun menggelar rapat malam itu juga untuk membuat skenario pengunduran diri Soeharto. Yusril sendiri yang menulis naskah pidato pengunduran diri Soeharto. Soeharto memilih kata "berhenti" ketimbang "mengundurkan diri".

Jika Soeharto menyampaikan "mundur" sebagai presiden kepada MPR, lalu MPR menolak pengunduran dirinya, maka situasi akan jadi rumit. Maka demi keamanan, termasuk dari sisi hukum, Soeharto menyatakan secara sepihak "berhenti" dari jabatan sebagai Presiden RI.

Namun Soeharto merasa ada yang kurang dengan teks pidato yang disusun Yusril dan lainnya. Saat berangkat ke Istana dari Cendana keesokan harinya pada 21 Mei 1998, Soeharto meminta Yusril menambahkan kalimat di naskah pidatonya dengan "kabinet dinyatakan demisioner".

Artinya kabinet tak lagi punya kekuasaan, tapi tetap bekerja sampai terbentuknya kabinet baru di bawah presiden yang baru. Namun permintaan Soeharto itu tak ditanggapi Yusril. Yusril ragu karena BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden bisa menggantikan Soeharto meneruskan memimpin kabinet.

Namun Soeharto berkeras. Soeharto kemudian merebut pulpen dari tangan Yusril dan menulis tambahan kalimat di naskah pidatonya, baru bergegas pergi ke Istana. "Kalau tak mau tulis 'demisioner', sini saya sendiri yang tulis" kata Yusril mengulang ucapan Soeharto kala itu.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search