Bagi traveler yang mau wisata anti mainstream di Mesir, coba datangi El Arafa atau dikenal juga dengan nama Qarafa. Julukannya adalah City of the Dead, yang memiliki panjang 6,4 km dengan jumlah kuburan yang tak terhitung banyaknya.
El Arafa berada di bagian timur Kairo, ibukota Mesir. El Arafa punya sejarah panjang, sebab sudah menjadi komplek pemakaman dari abad ke-7. Kala itu, komandan pasukan Muslim yang juga merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW, Amru bin Ash pergi ke Mesir untuk berperang dengan pasukan Romawi (yang dalam sejarah saat itu sedang menjajah Mesir).
Singkat cerita, Amru bin Ash berhasil memukul mundur pasukan Romawi dan menyebarkan Islam di Mesir. Dia pun diangkat menjadi gubernur Mesir dan hidup di sana sampai akhir hayatnya.
El Arafa dari kejauhan (Amr Abdallah Dalsh/Reuters)
Sejak kepemimpinan Amru bin Ash, kawasan El Arafa dijadikan komplek pemakaman. Banyak orang-orang besar yang dimakamkan di sana, mulai dari para cendikiawan, pangilma perang sampai para ulama seperti Imam Suyuthi yang merupakan penafsir Al Quran paling dihormati di Mesir, Zakaria Al Anshari, Atho'illah As Sakandary dan masih banyak lagi.
El Arafa pun menjadi komplek pemakaman yang terbesar di Mesir dan menjadi pemakaman umum. Namun seiring perkembangan zaman, El Arafa justru berubah fungsinya. Tetap pemakaman yang berisikan ratusan atau mungkin mencapai ribuan kuburan, tapi dihuni dan dijadikan tempat tinggal oleh orang-orang Mesir!
Dari laman situs Reuters yang dilihat detikTravel, Rabu (8/6/2016) itu semua terjadi saat pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasir di tahun 1950-an. Saat itu, urbanisasi sedang gencar-gencarnya. Para penduduk desa ingin pindah ke Kairo demi mencari nafkah.
Sayang, kehidupan di Kairo juga keras. Mereka yang tak beruntung, akhirnya lebih baik memilih tinggal di pinggiran Kairo daripada harus pulang ke desanya dengan tangan hampa. El Arafa pun dipilih sebagai lokasinya.
Penduduk yang tinggal di El Arafa (Amr Abdallah Dalsh/Reuters)
Orang-orang kemudian mendirikan perkampungan di El Arafa. Namun menariknya, mereka membangun tempat tinggal tanpa menghancurkan makam atau kuburan sampai batu nisan yang modelnya bermacam-macam. Mereka justru hidup berdampingan dengan kuburan-kuburan di sana.
Ada dari mereka yang beranggapan, hidup bersama orang yang telah meningggal akan mengingat kematian dan terus berbuat baik sebelum ajal menjemput. Ada juga yang bilang, hidup bersama orang yang telah meinggal, bisa mendoakan mereka dari dekat setiap saat.
Mereka hidup di atas kuburan (Amr Abdallah Dalsh/Reuters)
Tapi tetap saja, alasan kongkrit kenapa orang-orang tinggal di El Arafa adalah karena kalah bersaing di Kairo. Sayangnya juga, pemerintah Mesir tak mampu membendung jumlah urbanisasi dan mengurus orang-orang di El Arafa.
Hingga kini, diperkirakan orang-orang yang tinggal di El Arafa mencapai angka 1 juta. Beruntung, pemerintah Mesir masih bersikap baik dengan memberikan pasokan listrik dan air di sana.
Traveler yang mampir ke El Arafa, bakal melihat pemandangan tak biasa. Melihat manusia yang hidup di atas kuburan, malah beberapa makam dijadikan meja dan tempat untuk beristirahat.
Bukan pemandangan aneh di sana, kuburan ada di dalam rumah (Amr Abdallah Dalsh/Reuters)
(aff/fay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar