
SURYA.co.id | SURABAYA – Dr Soetanto Soepiadhy, dosen Ilmu Hukum Tata Negara di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, menerbitkan dua buku: "Menjadi Tionghoa yang Merah Putih" dan "Merebut Pancasila Menuju Sejahtera."
Itu berarti Soetanto sudah menerbitkan 70 buku. Karyanya terutama soal hukum serta sosial dan budaya.
Menurut Soetanto, penulisan buku "Menjadi Tionghoa yang Merah Putih" diilhami isu rencana masuknya sekitar 16 juta pekerja dari China ke Indonesia.
"Mereka ini akan mengerjakan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Jumlah 16 juta itu cukup besar, sedangkan di Indonesia hanya ada 10 juta keturunan Tionghoa. Saya khawatir, yang 16 juta ini akan berpengaruh pada yang 10 juta terhadap kewarganegaraan. Saya berharap, asal usul masa lalu lupakan, karena kita terlahir di Indonesia," ungkapnya ketika ditemui SURYA.co.id, Minggu (7/8/2016).
Menurutnya, kaum Tionghua di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan keragaman bangsa Indonesia sejak Sumpah Pemuda.
Namun kaum minoritas ini sering tersisihkan seperti saat kejadian 1965 dan Reformasi 1998.
Banyak di antara mereka yang teraniaya bahkan seakan tidak berharga. Padahal, mereka ingin mengubur krisis identitas mereka sebagai etnis China di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar