Yasmin, gadis remaja Yazidi itu, dibawa ke Jerman tahun lalu, untuk menjalani perawatan.
Ia kini berusia 18 tahun dan merupakan salah satu dari 1.100 perempuan yang dibawa ke Jerman untuk mendapat perawatan psikologis.
"Kami membawa 1.100 perempuan dan anak-anak korban ISIS. Dulu mereka ada yang disiksa dan diperkosa," kata psikolog tadi kepada Deutche Welle.
Petugas memeriksa kondisi mereka dan membawa mereka untuk mendapat perawatan medis di Jerman. Mereka kebanyakan dari minoritas etnis Yazidi, yang telah melarikan diri dari tahanan ISIS.
Yasmin bersedia untuk menceritakan kisahnya pada media Associated Press, tetapi meminta tidak menggunakan nama belakangnya karena takut ISIS membalas dendam.
Program perawatan yang dijalankan Kizilhan telah menarik perhatian internasional.
Kizilhan dan timnya mencoba untuk mengatasi masalah mendasar, yakni: setelah korban diselamatkan, trauma tetap membekas untuk jangka waktu yang lama.
Bahkan di kamp-kamp pengungsi di Irak, Kizilhan mencatat ada sekitar 60 kasus di mana perempuan Yazidi bunuh diri.
Meski cobaan berat dihadapinya, Yasmin berdiri tegak dan wajahnya cerah saat ia ingat bagaimana Kizilhan memasuki tendanya di kamp pengungsi.
Yasmin mengatakan pada sang psikolog, ia dan ibunya ingin mendapat bantuan perawatan di Jerman.
Gadis Yazidi korban ISIS ini ingin pergi ke Jerman sehingga bisa merasa aman dan seperti dirinya sendiri lagi.
Pada 3 Agustus 2014, kelompok ISIS menyapu ke daerah Sinjar di Irak utara, rumah bagi mayoritas Yazidi.
ISIS membunuh orang-orang dan mengambil beberapa anak laki-laki, perempuan dan anak perempuan.
Diperkirakan 3.200 etnis Yazidi masih ditahan ISIS di Suriah.
Menurut Agence France-Presse, sebagian besar perempuan muda dijadikan budak seks militan ISIS yang biasa berkoar-koar tentang kemurnian dalam hidup.
Para tokoh Islam mengecam ISIS karena kelompok ini telah melenceng dari ajaran agama yang sejati dan menafsir secara keliru hukum syariah.
[Red: Selanjutnya baca Kisah Gadis Yazidi (3): ...]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar