Kamis, 04 Agustus 2016

Kisah M Sutarso, Pengamen Tuna Netra yang Sisihkan Pendapatan untuk Yayasan

TAK MAU MENYERAH – Meski sudah menjadi tuna netra sejak lahir, Muhammad Sutarso tak mau menyerah terhadap takdirnya. Ia memilih menjalani profesi sebagai pengamen. Meski penghasilannya tak menentu, ia tetap bersyukur.

Bernyanyi dengan alat karaoke dan pengeras suara kini menjadi tren di kalangan tuna netra khususnya di Kota Banjarbaru. Bagaimana kisah mereka?

TATAS DWI UTAMA, Banjarbaru

Lantunan musik dangdut terdengar merdu dari sebuah alat pengeras suara. Sementara seorang tunanetra berperawakan besar dengan syahdu melantunkan lirik-lirik lagu tersebut.

Pemandangan seperti ini dapat ditemui di SPBU Coco Jalan A Yani Km 34. Kepada penulis, Sutarso mengatakan sudah 10 tahun dirinya menjalani profesi tersebut. Tak tanggung-tanggung, sudah lebih dari 100 lagu dangdut ia hafalkan lirik dan nadanya.

"Mau nyanyi lagu apa saja asal dangdut bisa saja karena saya spesialisasinya dangdut, mulai dari Caca Handika, Meggy Z, dan yang paling favorit Rhoma Irama," ucapnya mengawali pembicaraan.

Selama 10 tahun menjalani profesinya, Sutarso sudah berkeliling Kalsel. Paling jauh ia pernah mengamen hingga ke Batulicin dan Sungai Danau. Untuk wilayah Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura diakui Sutarso hampir semuanya ia pernah jelajahi.

Awalnya Sutarso mengamen dengan berjalan kaki dari toko dan rumah ke rumah. Ia mengamen bersama orang yang memiliki penghilatan normal. Namun pola ini tak lama ia jalani. Cacat fisiknya justru dimanfaatkan oleh mantan rekannya untuk berbuat curang.

"Perjanjiannya penghasilan dibagi dua tapi ternyata kawan ini membunguli, uang yang besar-besar dia ambil saya dapat yang uang kecilnya," ungkapnya.

Sutarso mengetahui aksi curang mantan rekannya dari seorang pasien pijat. Selain mengamen, Sutarso juga menjalani profesi tukang pijat. Pasiennya melaporkan bahwa ia melihat sendiri sang rekan mencuranginya.

"Kemudian pasien saya ini menyarankan lebih baik membeli alat karaoke dan menyanyi di depan SPBU saja, dia memberikan uang dan saya belikan alat karaoke," kisahnya.

Kini Sutarso mengamen dengan sebuah alat bermerek BSW seharga Rp1.300.000. Alat ini sederhana dan ukurannya kecil. Lagu-lagu bisa diputar hanya dengan memasukan USB tanpa menggunakan kaset pita atau kepingan DVD.

Sutarso kini rutin mengamen di depan SPBU Coco. Diakuinya, pihaknya bersama rekan tuna netra lain yang tergabung dalam Yayasan Tuna Netra Nusantara memiliki kesepakatan mengenai jam operasional. Sutarso mendapat jatah setiap hari dari pukul 06.00-08.30 Wita. Setelah itu, giliran rekan lainnya.

"Jadi saling membantu karena kami dalam satu yayasan, kemudian sebagian penghasilan juga disisihkan untuk yayasan, misalnya ada kegiatan keagamaan atau dalam waktu dekat ini kegiatan tujuhbelasan," sebutnya.

Ditanya penghasilannya per hari, Sutarso tak menyebut angka. Namun ia mengaku penghasilannya cukup untuk menghidupi istri dan satu anak. Sutarso tinggal bersama istrinya Siti Zahra dan anak perempuannya berusia 11 tahun Nur Hikmah di Jalan Kuranji RT 32 Kelurahan Guntung Manggis.

"Yang paling penting kita harus pandai bersyukur karena semua sudah ada yang mengatur," cetusnya. (tas/ij/ran)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search