Selasa, 08 November 2016

Kisah Agus Yudhoyono dan Penjual Beras Pendukung Ahok

Jakarta, CNN Indonesia -- Berdialog dengan masyarakat di tempat publik merupakan cara kampanye paling awam yang dilakukan calon kepala daerah. Hal itu pula yang diterapkan calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono, Senin kemarin, ketika ia blusukan ke Pasar Kopro di Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat.

Seperti kampanye pada hari-hari sebelumnya, tidak sedikit warga yang berebut momen swafoto dengan putra sulung presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Setiap melewati rumah toko di lokasi itu, Agus menyapa, berfoto, dan bersalaman dengan warga dan pedagang. Namun raut wajah Agus menampakan rasa lelah. Keringat bercucuran di wajah dan badannya.

Agus seolah terpaku. Ia tidak aktif berdialog dengan warga di Pasar Kopro. Karena pasif, tim kampanye Agus terus mendorong sang calon gubernur untuk berbicang secara lebih intens dengan masyarakat di lokasi itu.

Ketika rombongan melalui lorong beras, juru bicara tim pemenangan Agus, Rico Rustombi, memanggil seorang pedagang untuk berdialog. Agus pun menghentikan langkahnya.

Anehnya, si pedagang terlihat berusaha menghindar. Dia seperti tidak nyaman dengan keberadaan rombongan cagub nomor urut satu tersebut.

Saat Rico berinisiatif menanyakan harga beras, sang pedagang malah melambaikan tangan. Ia enggan mendekat dan menjawab pertanyaan Rico dan Agus.

Setelah mengusap dahinya yang penuh dengan keringat, Agus memutuskan melanjutkan blusukan. Saat itu, sang pedagang pun kembali ke lapaknya.

"Kalau nomor dua, baru saya mau," ujar sang pedagang. Ia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, membentuk angka dua. Rupanya, sang pedagang adalah pendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.

Selama menjalankan program 'turun ke bawah', peristiwa tersebut merupakan penolakan pertama terhadap Agus. Selama ini masyarakat secara terbuka menyambut kedatangan Agus.

Namun Agus tak patah arang. Ia bahkan berjanji akan meneruskan program blusukan jika akhirnya terpilih menjadi orang nomor satu di Jakarta.

Agus mengklaim sebagai 'orang lapangan'. Dengan metode tatap muka, ia yakin pemimpin dapat menemukan persoalan nyata yang sedang dihadapi masyarakat.

"Tujuannya adalah membangun rasa percaya antara pemimpin dan yang dipimpin, dan saya kira itu bisa dikembangkan," ujarnya.

(abm/asa)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search