
Penampilan apik Buffon bersama Parma ternyata mencuri perhatian Juventus. Maklum, ketika itu klub asal Turin tersebut sedang mencari kiper baru karena Edwin van der Sar hengkang ke Fulham. Nama Buffon pun mendadak tenar mengisi headline media-media cetak Italia.
Selain Juventus, Buffon juga dikaitkan dengan klub-klub elit lainnya seperti AS Roma sampai Barcelona. Hingga akhirnya pada suatu sore ditanggal 3 Juli 2001, Italia dibuat gempar karena Juventus secara resmi mengumumkan perekrutan Buffon dari Parma. Bukan karena sosok Buffon, melainkan karena faktor keberanian Si Nyonya Tua menggelontorkan dana besar untuk kiper yang saat itu masih berusia 23 tahun.
Sebuah rekor baru di buku bursa transfer dunia tercipta atas nama Buffon. Mahar 53 juta euro (Rp 758,12 miliar) membuat Buffon dinobatkan sebagai kiper dengan biaya transfer termahal di dunia. Untuk ukuran tahun 2001, tentu saja biaya tersebut bisa disebut Mega Transfer.
Langkah pertama Buffon bersama Juventus kemudian ditandai pada 26 Agustus 2001. Ketika itu, dia langsung mencuri hati publik Turin karena berhasil menjaga kesucian gawangnya dari gempuran Venezia sekaligus membantu Juventus meraih kemenangan 4-0.
Buffon sukses mewujudkan impian meraih gelar Scudetto setelah I Bianconeri finis di puncak klasemen Serie A 2001-2002 dengan torehan 71 poin, unggul satu angka dari AS Roma.
Berlanjut ke tahun 2006, Buffon harus menjalani bab terberat dalam karier sepak bolanya bersama Juventus. Kesetiaan Buffon ketika itu dapat ujian besar kala Juventus dinyatakan terlibat skandal pengaturan skor atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan Calciopoli.
Juventus divonis turun ke Serie B untuk musim 2006-2007. Keputusan yang sangat mengganggu Buffon karena ketika itu sedang mempersiapkan diri untuk berlaga di Piala Dunia 2006 bersama tim nasional Italia.
Namun, langit mendung dalam karier Buffon kemudian berubah pelangi pada 9 Juli 2006. Timnas Italia di bawah kendalinya berhasil menyabet gelar Piala Dunia 2006 setelah mengalahkan Prancis melalui adu penalti dengan skor 5-3.
Sepulang dari Piala Dunia Jerman, Buffon membuktikan kesetiaannya pada Juventus. Bersama Alessandro Del Piero yang menjadi pentolan klub, Buffon menolak hengkang dan bertekad mengembalikan Juventus ke Serie A.
Kesetian Buffon menuai pujian dari berbagai pihak dan tentunya suporter Juventus. Bahkan, pelatih sekelas Jupp Heynckes dibuat kagum akan sikap ksatria Buffon yang menaruh sumpah setia pada Juventus yang telah dia pilih sebagai 'wanitanya'.
"Buffon adalah salah satu dari kiper terbaik dalam sejarah sepak bola. Ketika Juventus turun ke Serie B, dia menunjukkan kesetiaannya pada tim dan itu merupakan sikap yang luar biasa," ujar Heynckes.
Dengan kehadiran Buffon, Del Piero dan Pavel Nedved, Juventus tak butuh waktu lama untuk bisa kembali ke Serie A setelah finis di posisi pertama pada kompetisi Serie B musim 2006-2007.
Sejak saat itu, belum ada kiper yang mampu menggantikan peran Buffon di bawah mistar gawang Juventus. Bagi Juventini, adalah dosa besar jika tak menganggap Buffon sebagai legenda. Sebab, namanya sudah layak menghuni buku bertuliskan tinta emas dalam sejarah klub karena mempersembahkan 15 trofi untuk Juventus di segala kompetisi.
Kisah Buffon sekilas memberi pelajaran jika Tuhan sebenarnya memberikan pilihan untuk manusia agar menentukan takdirnya sendiri. Buffon sudah merasakannya ketika dibuat terkagum-kagum dengan penampilan Thomas N'Kono di bawah mistar gawang.
Pilihan sempat ada ketika Buffon mengawali kiprah sebagai penyerang. Namun, Buffon akhirnya memilih takdir lain yang dirajut dari sebuah ketidaksengajaan hingga akhirnya menjadi penentu kariernya hingga sekarang.
Selamat ulang tahun, Gianluigi 'Gigi' Buffon!
Sumber: Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar