Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah patung hewan terpampang di atas meja dalam sebuah acara yang digelar oleh Citi Indonesia. Bermacam-macam hewan, ada ayam, merak, elang sampai naga. Percaya atau tidak, nyatanya, replika hewan yang apik tersebut berasal dari kaleng bekas.
Adalah Kusnodin warga Kota Magelang, Jawa Tengah yang mengolah kaleng-kaleng bekas tersebut. Berkat tangan dinginnya, kaleng tersebut kini menjadi barang bernilai tinggi.
Replika tersebut dijual dengan harga yang bermacam-macam. Ada yang hanya ratusan ribu, bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah. Itu tergantung ukuran dan tingkat kerumitan.
"Harga dari Rp 200 ribu, ini Rp 175 ribu. Sampai Rp 35 juta yang harimau," kata Kusnodin seperti ditulis di Jakarta, Kamis (2/2/2017).
Dia mengaku hanya memproduksi replika-replika hewan tersebut. Kemudian, replika itu diambil oleh galeri-galeri untuk dijual kembali. Dia mengaku puluhan galeri di berbagai kota telah menjadi langganannya.
Kusnodin sendiri, enggan memberikan keterangan terkait omzet penjualannya. Pasalnya, penjualannya tidak menentu. Kadang sepi, namun kadang ramai karena diborong. Dia mengingat, salah satu rekor penjualannya ialah pada 2014 silam.
"Rekor itu waktu tahun 2014. Saya bisa omzet sebulan Rp 150 juta. Banyak orang, kerja siang malam. Karena untuk souvernir Bali berapa negara undangan untuk APEC di Bali. Itu meraknya besar Rp 4,5 juta," jelas dia.
Kusnodin lahir di Magelang pada 3 Desember 1960. Dia membangun usaha kreasi kaleng bekas tanpa sengaja. Tahun 1985, dia hanya bekerja menjadi supir angkot. Suatu ketika, kotak peralatan untuk bekerja berlubang karena dirusak oleh tikus.
Melihat kondisi ini, Kusnodin mencari cara untuk memperbaiki kotak peralatannya, yakni memanfaatkan kaleng bekas biskuit untuk menambal kotak. Sisa kaleng tersebut juga digunakan untuk memperbaiki sebuah hiasan burung merak yang rusak. Ternyata, hiasan burung merak yang diperbaiki malah dilirik kerabatnya dan dibeli.
Kusnodin melihat potensi yang besar dari penjualan hiasan ini. Akhirnya, dia pun terus melanjutkan usahanya dan memutuskan berhenti dari sopir angkot. "Saya 1989 berhenti jadi supir angkot, tapi timbul tenggelam," kata dia.
Dia mengaku, keputusan untuk alih profesi semata hanya karena kerajinannya tersebut laku. Di samping, dia memang memiliki darah seni.
"Saya memang keluarga Saya darah seni. SMP itu nglukis di truk-truk," celetuk dia.
Membuat usaha kerajinan ini bukan perkara mudah bagi dia. Sejumlah peristiwa membuatnya harus bekerja dari awal. Beberapa peristiwa tersebut antara lain bom di Bali, gempa di Yogyakarta, sampai meletusnya Gunung Merapi. "2010 Merapi meletus bengkel saya ambruk," ujar dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar