Rabu, 08 Maret 2017

Terapkan Healthy Balanced Lifestyle

MASING-masing siswa SMP Santa Maria memiliki sebuah buku. Buku itu bernama Healthy Balanced Lifestyle. Buku itu semacam rapor harian siswa. Tentang perilaku sejak bangun tidur hingga akan kembali tidur.

Kepala SMP Santa Maria Bernadetha T. Meno menyatakan, hidup harus seimbang. Perilaku anak perlu dijaga demi mewujudkan pola hidup yang seimbang. Baik secara fisik maupun psikis. Orang tua bisa mengontrol pola hidup sehat dan seimbang putra-putrinya dengan memberikan nilai pada kolom-kolom buku.

Penanaman Karakter ala SMP Santa Maria (Grafis: Erie Dini/Jawa Pos/JawaPos.com)

"Ada sepuluh indikator," ujarnya. Indikator yang dimaksud beragam. Mulai pola makan, olahraga, hingga mengasah empati. Di sekolah, siswa merefleksikan diri sendiri. Misalnya, bercerita di hadapan teman-temannya tentang kisah-kisah inspiratif. Di antaranya, kisah seorang anak yang menggendong adiknya. Apa tidak berat saat menggendong adik? Bukankah itu membebani? Namun, si anak menegaskan bahwa hal itu bukanlah beban. Yang digendong adalah adiknya.

Hikmah kisah inspiratif itulah yang menjadi refleksi siswa. Pekerjaan seberat apa pun jika dilakukan dengan perasaan cinta akan ringan. Lalu, apa masih sering mengeluh tentang tugas-tugas yang diberikan? "Setiap siswa di kelas akan memiliki kisah refleksi yang berbeda-beda," tuturnya.

Detha, sapaan Bernadetha, menyatakan, para siswa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Yakni, pemimpin humanis yang berwawasan global. Poin-poin untuk menuju sikap pemimpin humanis yang berkarakter itu tertuang dalam buku. "Sudah ada aturan main, tata tertib. Semua lengkap," katanya.

Yang menilai, terang Detha, adalah para orang tua. Pola makan misalnya. Setiap orang tua menilai, apakah anaknya sudah mengonsumsi buah dan sayur minimal satu kali dalam sehari. Ataukah memilih salah satu di antara buah dan sayur ataukah tidak makan keduanya. Masing-masing subindikator itu memiliki nilai, A, B, atau C.

Demikian pula penggunaan alat hiburan. Maksimal satu jam per hari siswa mendapat A. Antara 1–2 jam siswa mendapat B dan lebih dari dua jam siswa mendapat C. Jika mendapat banyak nilai A pada masing-masing indikator, siswa akan mendapat stempel excellent dari sekolah. "Kalau ada nilai B-nya, stempel good," terangnya.

Memberikan nilai membutuhkan kejujuran dari orang tua. Sejak jauh hari, Detha menyampaikan hal tersebut kepada orang tua. "Saya terserah orang tua. Kalau orang tua tidak jujur, itu namanya menjerumuskan anak. Karena kami hanya membantu, kebetulan anak mereka ada di kami," tuturnya.

Beruntung, para orang tua sangat respek. Bahkan, merasa terbantu dengan adanya buku itu. Ayah dan bunda para murid tersebut merasa bisa ikut mengawasi dan menanamkan karakter yang baik kepada putra-putrinya melalui buku itu.

Sebab, kata Detha, poin penting yang ditanamkan untuk siswa bukan melulu intelektual. Menurut dia, bukan berarti intelektual tidak penting. Namun, yang lebih utama adalah prosesnya. Membentuk siswa berkarakter, peduli pada diri sendiri dan orang lain. (puj/c6/nda/sep/JPG)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search