Rabu, 26 April 2017

Kisah Pasangan Ayah-Anak di Kompetisi Internal Persebaya

Itulah yang dipraktikkan Stevano Alexander Pietersz. Meski mulai menapaki karir sang ayah, Reinold Pietersz, posisi keduanya justru ''berhadap-hadapan''. Reinold dulu adalah seorang penyerang, sedangkan Vano –sapaan akrab Stevano Alexander Pietersz– kini bermain sebagai kiper.

''Waktu saya masih pemain, dia sering saya ajak dan lama-lama tertarik. Soal posisi, itu pilihan dia,'' kata Reinold yang menjadi bagian integral skuad Persebaya Surabaya saat menjuarai Liga Indonesia 1997.

Bapak-anak itu kini berkolaborasi di klub Semut Hitam. Reinold menjabat pelatih, sedangkan Vano kiper utama. Vano menyatakan, dirinya bukannya tidak pernah menjajal posisi selain kiper. Semasa duduk di bangku SD bersama SSB Sosial Surabaya, dia pernah bermain sebagai bek dan gelandang.

Namun, kondisi fisik membuatnya tidak nyaman dan tidak cocok. Akhirnya, sejak masuk SMP, dia memutuskan menjadi kiper. Pada medio 2011 itu pula dia kepincut dengan futsal. Berposisi penjaga gawang, remaja 18 tahun itu pun beberapa kali mencatat prestasi.

Di antaranya, dia pernah membawa Surabaya meraih perunggu di Porprov V Jatim 2015 di Banyuwangi. Selain itu, Vano yang berstatus siswa SMA Sejahtera Surabaya pernah membawa sekolahnya juara di turnamen futsal antar-SMA se-Jatim. Dia pernah pula mengikuti Pra-PON XIX 2015 mewakili Provinsi Maluku dengan meraih posisi ketiga.

Merasa jenuh dengan futsal, Vano memutuskan kembali ke sepak bola. Dia pun bergabung menjadi kiper utama klub asuhan ayahnya, Semut Hitam. Musim ini pun merupakan musim debutnya. ''Dengan dia bermain sebagai kiper, saya justru bisa beri tip bagaimana striker mencari celah,'' ungkap Reinold.

Mereka berdua sering berlatih bersama di rumah. Untuk mengasah kemampuan save Vano, Reinold mengandalkan shooting yang merupakan skill wajib seorang striker.

Di luar rutinitas di rumah itu, Reinold tak pernah mengistimewakan sang anak di klub. Vano bisa menjadi kiper utama memang berkat kerja keras dan kemampuannya. ''Papa orangnya disiplin banget. Itu salah satu hal penting yang saya pelajari dari dia,'' ucap Reinold.

Pasangan bapak-anak lainnya di Kompetisi Internal Persebaya yang posisinya berbeda adalah Muharom Rusdiana dan Junior Ragil Rusdiana yang sama-sama berkiprah di Untag Rosita. Muharom semasa bermain berposisi bek kanan, sedangkan Jojo –sapaan Junior Ragil Rusdiana– adalah seorang gelandang bertahan.

''Saat masih main dulu saya juga beberapa kali main gelandang. Dia pun (Jojo) memilih dan merasa cocok sendiri dengan posisi itu,'' urai Muharom yang turut berjasa membawa Persebaya menjuarai Kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1987.

Seperti Reinold, Muharom tak pernah memaksa Jojo menjadi pesepak bola. Semua bermula karena seringnya sang buah hati yang kini berusia 17 tahun itu menyaksikan dia bermain dan melatih. ''Membawa nama besar ayah memang berat, tapi saya harus punya jalan sendiri,'' tegas pemain jebolan SSB Rosita yang sudah mengantongi empat penampilan bersama Untag Rosita pada musim ini tersebut.

Yusman Mulyono dan Muhammad Iqbal malah tak hanya berbeda posisi. Bapak dan anak itu juga berbeda klub. Yusman menjadi pelatih Farfaza FC, sedangkan Iqbal bermain sebagai gelandang El Faza. ''Sejak awal saya tak pernah memintanya menjadi pemain sepak bola. Saya hanya memancing dia untuk hobi dan sesudahnya dia sendiri akan memiliki kesadaran untuk terus berlatih,'' terang Yusman.

Karena diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan sendiri, Iqbal pun memilih tidak menjadi pemain di klub asuhan ayahnya. Salah satu alasan kuatnya adalah supaya dia tidak manja. ''Di rumah kan sudah ketemu, masak di lapangan mau ketemu lagi, hehehe,'' kata Iqbal yang juga jebolan Arsenal Soccer School.

Saat di rumah, keduanya sering berdiskusi soal latihan maupun pertandingan. Yusman yang merupakan eks pemain Mitra Surabaya memberikan banyak masukan kepada putra bungsunya itu.

Sebenarnya, Farfaza dan El Faza merupakan klub bersaudara. ''Jadi, ayah bisa tetap memantau saya. Selain dari pelatih saya sendiri (Agus Sarianto), saya juga beberapa kali melihat gaya ayah,'' imbuh pelajar SMAN 21 Surabaya itu. (dit/c19/ttg)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search