Yogie menceritakan punk rocker dalam lukisannya merupakan representasi dari nilai-nilai dalam kemandirian, liberalisme, modernisme, serta secara khusus diri sendiri. Sedangkan interior masjid di hadapan punk rocker adalah perwakilan dari nilai-nilai religiusitas.
"Karya ini adalah karya yang digagas dari pengalaman pribadi. Saya merasa tertekan ketika melihat representasi mengenai Islam yang dibuat oleh media-media mainstream sebagai agama yang barbar, ketinggalan zaman dan bertentangan dengan nilai-nilai modern," ujar Yogie Achmad Ginanjar ketika mengobrol dengan detikHOT via email, Rabu (10/5/2017).
Baca Juga: Ini Penampakan Desain Sampul Cerita Baru dari 'Game of Thrones'
"Ternyata ketika saya berusaha mengenal lebih dekat ajaran-ajaran Islam, bukan belajar dari google ya, tapi langsung hadir di acara-acara kajian Qur'an dan Hadist di masjid-masjid saya menemukan bahwa nilai-nilai Islam merupakan nilai yang penuh dengan kedamaian, mengajarkan kita untuk mengasihi satu sama lain bahkan kepada tanaman dan binatang, saling menghormati dan tidak boleh mengganggu pemeluk agama lain," katanya lagi.
Pengalaman yang dialami Yogie, bisa menjadi miniatur dari kondisi umum masyarakat global. Dia pun merasa setiap manusia harus seperti Sang Punk Rocker dalam karyanya.
"Punk Rocker dengan tenang melihat masjid di hadapannya, rileks, tidak merasa takut, dan tidak menghakimi. Yang ia lakukan adalah menyerap dan mempelajari, seperti dalam judul karya saya," pungkas Yogie Acmad Ginanjar.
Selain Yogie Achmad Ginanjar, nama seniman asal Tiongkok Li Hongbo berhasil memenangkan The 2017 Sovereign Asian Art Prize. Lewat karya yang berjudul 'Desire', dia menerima hadiah uang senilai USD 30,000 namun setengah uangnya didonasikan ke The Sovereign Art Foundation dan sisanya untuk almamater Jilin Normal University di Tiongkok.
(tia/doc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar