Minggu, 23 Juli 2017

Kisah Farhan, Jadi Korban Bully Sejak di Bangku SMA

Jakarta, CNN Indonesia -- Pagi itu, waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB di Jalan Kemenyan, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Muhammad Farhan (19) sudah siap dengan kemeja putih dan celana bahan warna hitam untuk mengikuti ujian di tempatnya menempuh pendidikan tinggi, Universitas Gunadarma, Depok.

Sekilas Farhan memang terlihat sama dengan mahasiswa lainnya, akan tetapi dia merupakan salah satu anak yang memiliki keistimewaan atau biasa dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Nama Farhan pun belakangan ini menjadi sebuah pembicaraan hangat di masyarakat lantaran perundungan atau bullying yang diterimanya dari rekan sekelas.

Perundungan yang dialami Farhan menjadi viral lantaran unggahan video yang menyebar di dunia maya. Dalam video itu terlihat beberapa mahasiswa yang menarik-narik tas pria kelahiran 1 April tersebut. Sejumlah mahasiswa pun terlihat mentertawakan kejadian tersebut.

Ketika dimintai keterangan soal kasus yang dialaminya, Farhan yang saat ini sudah semester tiga mengaku dirinya sudah menerima perundungan sejak semester satu. Berbagai bullying yang diterimanya seperti tas yang ditarik-tarik, pintu kelas yang dikunci sehingga dia tidak bisa keluar kelas pada saat pulang kuliah hingga motor yang kadang dikendarainya dipreteli.


Penggemar grup vokal JKT 48 itu mengaku, sejak semester satu perundungan selalu dilakukan oleh pelaku yang sama. Sesekali dirinya pun melawan tetapi hal tersebut seolah tidak berdampak karena mereka masih melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Saat kejadian yang menyebar luas itu, Farhan mengatakan, dirinya dikurung terlbih dahulu dalam ruang kelas. Dia tidak sendiri karena masih banyak mahasiswa lainnya yang juga belum keluar kelas. Setelah pintu kelas dibuka, perundungan tidak berhenti.

Kisah Farhan, Jadi Korban Bullying Sejak Kecil M. Farhan. (Foto: CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor)

"Itu sore baru pulang kuliah, pas mau buru-buru pulang ditahan pintu kelas. Tidak hanya saya yang di dalam kelas, tapi ada yang lain mereka juga mau keluar kelas. Tiba-tiba pintu sudah bisa dibuka, saya keluar," ujarnya.

"Eh tapi dia (pelaku) malah menunggu saya di depan kelas. Pas saya keluar, tas saya ditarik. Saya langsung balas memukul terus saya langsung lempar dengan tong sampah," ucapnya kemudian.


Ada tiga pelaku utama yang melakukan perundungan terhadap Farhan, yakni AA, YLL dan HN. Peran AA sebagai penarik tas sedangkan YLL berperan sebagai perekam video. HN yang diketahui sebagai ketua kelas yang ikut mem-bully juga mengucapkan kata-kata tidak pantas. Bahkan dia sempat meminta untuk melakukan tindakan fisik terhadap Farhan.

Awalnya, Farhan tidak mengetahui jika aksi tersebut direkam dalam video. Dia mengetahui video itu saat melihat YLL mengunggahnya di aplikasi Line.

Farhan mengaku, dirinya merasa tersakiti dengan perundungan yang diterimanya. "Ya kalau mereka anggapnya bercandaan tapi saya tidak mau. Itu (perundungan) diulangi terus dan tidak berhenti bullying saya. Banyak (pelakunya) dari semester satu, nggak itu saja orangnya," tuturnya.

Usai perundungan itu menjadi viral, Farhan mengatakan, para pelaku menghampirinya ke kediamannya. Mereka meminta maaf kepada Farhan. "Kemarin mereka datang ke rumah saya termasuk yang upload video itu. Orang tua mereka juga dipanggil oleh Pak Irwan Bastian (Wakil Rektor Tiga Universitas Gunadarma). Saya hanya ingin belajar, lulus dan bekerja, hanya itu," ucapnya kemudian.


Dia juga mengatakan tidak ada perubahan dari teman-temannya di kampus. Farhan juga tetap beraktifitas seperti biasa. Bahkan, teman-temannya seolah-olah cuek dengan video yang beredar.

Farhan mengaku, selama ini dirinya juga sering ditolong oleh teman-temannya saat menjadi korban perundungan. "Banyak juga yang bantuin saya, terutama yang perempuan. Mereka melindungi saya, menasehati yang membully saya," ucapnya.

Meski demikian, Farhan mengatakan, bullying tidak mempengaruhinya dalam menuntut ilmu di jurusan Sistem Informatika. Meski dibully sejak semester satu tetapi dia dapat belajar seperti biasa. "Tidak berpengaruh ke nilai, saya tetap belajar seperti biasa. IPK saya juga kemarin ini 3,7," ucapnya.

Bukan yang pertama

Perundungan yang diterima oleh anak keempat dari empat bersaudara itu bukanlah yang pertama kalinya di institusi pendidkan. Farhan mengaku, dirinya sudah menjadi korban perundungan saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).

Farhan bersekolah di SMA Sumbangsih, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Kegiatan iseng dari teman-temannya pun kerap kali didapatkannya.

"Sejak SMA saya sudah dapat bully. Saya ya diam saja dan hanya bilang jangan ganggu saya lagi," ujarnya.

Bullying yang paling melekat di ingatannya adalah kejadian saat mata pelajaran Prakarya. Farhan mengatakan, dirinya diperintahkan untuk memegang kotoran kucing. "Saya mengamuk, saya lempar ke teman-teman saya. Akhirnya, teman-teman saya datang ke sini (rumah) untuk meminta maaf," tuturnya.


Memilih diam

Farhan hanya mengadukan soal perundungan yang dialaminya kepada orang tuanya saat dia masih SMA. Merasa mampu menyimpan perlakuan pahit itu seorang diri, Farhan memilih untuk diam saat mengalami hal serupa di bangku kuliah.

Tidak hanya diam dari orang tuanya, Farhan juga tidak pernah mengadukan hal tersebut pada para pengajarnya di kampus. Farhan mengaku, diam yang dipilihnya bukan karena takut tetapi tidak mau membebani orang tua dan orang sekitarnya.

"Saya tidak mau membebani orang tua, dosen juga tidak pernah tahu. Saya tidak pernah ngadu," ujarnya.

Memaafkan dan Harapan

Atas kejadian yang menimpanya tersebut, Farhan justru berterimakasih kepada pihak kampus atas hukuman yang diberikan kepada para pelaku. Menurut dia, hukuman itu layak karena para pelaku tidak dapat lagi mengikuti pelajaran.

Pihak Gunadarma memang memberikan hukuman berupa skorsing kepada pelaku. Tiga pelaku AA, YLL dan HN diskorsing selama 12 bulan. Selain itu, 10 orang lainnya yang juga diduga melakukan perundungan dijatuhi hukuman yang lebih ringan. Salah satunya PDP yang diskorsing selama enam bulan dan Sembilan lainnya yang turut terekam dalam video hanya diberikan hukuman untuk memberikan keterangan tertulis.

"Saya sudah memaafkan mereka," tuturnya.

Meski demikian, ada tiga harapan Farhan atas kejadian tersebut. Pertama, agar pelaku tidak mengulangi hal serupa; kedua, pihak kampus mau memberikan kenyamanan untuknya hingga lulus; ketiga, semua pihak bisa mengikuti peraturan yang berlaku.

"Kenyamanan itu ya perlindungan untuk saya supaya saya jangan diganggu lagi," ucapnya. (rah)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search