SRIPOKU.COM - Namanya Parjan. Usianya 42 tahun. Pria tuna netra itu menikahi Erni, wanita 55 tahun yang mengalami keterbatasan fisik di bagian kakinya.
Namun jangan tanya soal semangat hidup. Pasangan yang dikaruniai dua anak ini gigih menerjang rintangan demi menyambung hidup dan masa depan keturunannya.
Wigih Angkoro, bisa dikatakan orang dibalik keberlangsungan Parjan dan Erni menjajakan roti dan aneka cemilan.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek online ini tak lain adalah orang yang menjamin kelancaran pendistribusian roti-roti yang dijual Parjan dan Erni.
Sudah dua tahun ini, Wigih terketuk hatinya untuk menolong pasangan difabel tersebut. Menurut perkataannya, pergaulannya dengan penyandang tuna netra lah yang mempertemukan dia dengan Parjan-Erni.
Dua tahun lalu, saya bertemu dengan mereka. Saat itu saya tengah berkumpul dengan penyandang tuna netra. Saya bertemu dengan mereka (Parjan-Erni). Mereka menceritakan keluh kesah mereka soal perjuangan sewaktu mereka mengamen," ujarnya, Jumat (14/7).
Dari keluh kesah itu, kata dia, Wigih menawarkan bantuan kepada Parjan-Erni.
"Kalau memang kalian kesusahan, biar saya yang ngambilin roti buat kalian jualan," kenangnya.
Dari penuturan Wigih, Parjan dan Erni tak setiap hari menggunakan jasanya. Ya, dalam seminggu mungkin bisa sekali dua kali Wigih mengantarkan roti ke tempat Parjan-Erni.
"Kalau hari biasa-biasa mereka biasa mengambil 200 bungkus roti. Namun, tak jarang bila sedang mendapat pesanan mereka bisa mengambil 400 bungkus," kata pria 43 tahun ini.
Wigih menjelaskan, dia hanya mengambil keuntungan Rp 200 perak per bungkus roti yang diantar. Penghitunggannya, bila Parjan mengambil 200 bungkus tinggal dikalikan saja dengan Rp 200 perak sebagai upah uang bensin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar