Ketika invasi Jerman dimulai, Pavlichenko sedang mengambil master di bidang sejarah di University of Kiev. Ia pun dengan segera meninggalkan studinya dan mendaftar menjadi tentara.
Awalnya tentara Soviet mencoba merekrut Pavlichenko sebagai perawat, namun ia bersikeras untuk ikut berperang. Ia kemudian dikirim ke sebuah bukit kecil yang dikuasai Tentara Merah. Di sana ia diberi sebuah senapan dan diperintahkan untuk menembak dua warga Romania yang berada di kubu Jerman.
Pavlichenko berhasil menembak kedua target itu dari kejauhan dan berhasil melumpuhkannya. Tak perlu banyak pertimbangan, ia pun dikirim untuk bergabung ke 25th Chapayev Rifle Division.
Pavlichenko bertugas di Odessa dan Moldavia sebelum dikirim ke Sevastopol. Kemampuannya yang hebat membuatnya dijuluki 'Lady Death'.
Ia sering ditugaskan dalam counter-sniping, salah satu tugas paling mematikan. Dalam peran itu, ia memilih sniper Jerman dan berduel -- yang bisa berlangsung hingga beberapa hari.
Dalam waktu kurang dari satu tahun tugas tempur, ia tercatat telah membunuh 309 orang, termasuk 36 sniper Jerman -- yang kala itu dikuasai Nazi. Angka tersebut menjadikannya salah satu penembak jitu paling mematikan dalam sejarah perang.
Setelah terluka empat kali, ia ditarik dari garis depan untuk melatih penembak jitu baru dan melakukan tur ke Amerika, Kanada, dan Inggris untuk mempromosikan upaya tersebut.
Saat tur di Amerika bersama Eleanor Roosevelt, ia merasa frustasi saat terus dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan 'klise', seperti apakah ia mengenakan make up ketika bertempur atau pandangannya atas mode atau gaya rambut untuk personel militer.
Awalnya ia menanggapinya dengan baik, namun semakin lama kesabarannya habis. Pavlichenko merasa bahwa dia dipandang sebagai hal aneh dan subyek berita utama dalam surat kabar.
Dalam sebuah pidatonya di Chicago, AS, pada 1942, ia berkata, "Tuan-tuan, umur saya saat ini 25 tahun, dan saya telah membunuh 209 fasis. Tidakkah Anda berpikir, tuan-tuan, bahwa Anda telah bersembunyi di balik punggung saya terlalu lama?"
Dalam Sekembalinya dari Rusia, Pavlichenko diberikan penghargaan Hero of Soviet Union, yakni penghargaan tertinggi. Ia pun dipromosikan menjadi mayor.
Ia masih melanjutkan melatih para sniper selama berperang. Ketika Perang Dunia II usia, ia kembali melanjutkan studinya untuk menyelesaikan jenjang master.
Sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai seorang sejarawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar