BAGHDAD, KOMPAS.com - Tiga warga negara Barat mengemas barangnya dan pergi ke Mosul, Irak bukan untuk mengangkat senjata tetapi untuk menolong korban perang.
Ketiga orang yang memiliki latar belakang medis kemiliteran ini mendirikan sebuah rumah sakit lapangan untuk merawat korban luka dalam pertempuran Mosul.
Ketiga orang ini adalah veteran tentara AS Eli Miller (31), Erik Anderson (22) asal Swedia, dan pria Australia yang hanya menyebut namanya sebagai Anthony.
Kisah para sukarelawan medis ini tertuang dalam tulisan wartawan Mirror Chris Hughes yang bertugas di kota Mosul, Irak.
Baca: Tentara Irak Luncurkan Serangan Terakhir ke Kota Tua Mosul
Di tengah desing peluru dan udara panas menyengat ketiga orang ini mengatakan merawat 150 orang sehari.
Mereka merawat semua korban luka yang datang baik itu warga sipil, tentara Irak, bahkan anggota ISIS sekalipun.
Ketiga pria yang tergabung dalam organisasi non-pemerintah Global Response Management (GRM) ini memimpin sebuah kelompok terdiri atas 11 dokter asal Irak untuk mengerjakan tugas mulia ini.
Tenda medis yang didirikan para dokter ini memang tak bisa dikatakan aman dari serangan , bahkan suara ledakan bom dan rentetan senapan mesin bisa terdengar jelas.
"Inilah yang dikatakan sebagai perawatan medis di bawah tembakan, ini adalah tempat pertama yang dituju para korban luka," kata Eli.
"Kami merawat semua orang. Garis depan sangat dekat, mungkin hanya sekitar 200 meter dari sini dan kami adalah yang pertama kali dipanggil jika ada yang terluka," tambah Eli.
Eli menambahkan, tak hanya korban luka pertempuran saja yang mereka tangani. Rumah sakit darurat ini juga merawat warga yang diselamatkan dari reruntuhan, dehidrasi, dan berbagai jenis luka lainnya.
"Sebagian besar adalah warga sipil, sebagian lainnya adalah tentara. Dan benar, kami juga merawat anggota ISIS. Bagaimanapun mereka adalah manusia, tugas kami adalah memberi pertolongan pertama dan mengirim mereka ke rumah sakit," Eli menegaskan.
Di tenda darurat itu, terlihat seorang pria paruh baya tergeletak tanpa daya. Kedua tangannya dibalut perban dan jarum infus dipasang di kedua lengan pria itu.
Selain itu terdapat banyak warga lokal dengan pandangan kosong akibat terlalu banyak menyaksikan kengerian yang dilakukan ISIS dan berhasil melarikan diri di bawah hujan peluru menuju posisi tentara Irak.
Meski di tengah tekanan, hujan peluru, dan ledakan, Erik Anderson menegaskan, mereka bisa menyelamatkan nyawa sebagian besar pasien.
"Kami beri mereka pertolongan pertama, artinya mengambil pecahan peluru, memberi obat pengurang rasa sakit, hingga ambulans datang untuk membawa mereka ke rumah sakit," ujar Erik.
"Jika tim kami tak berada di tempat ini, mungkin sebagian besar dari mereka akan tewas," tambah Erik.
Baca: Kisah dari Mosul: Kisah tentang Ketakutan, Siksaan, dan Kematian
Sebuah ledakan keras kembali terdengar di kejauhan dan Eli menceritakan, bagaimana dia dan rekan-rekannya beristirahat di tengah situasi kacau seperti itu.
"Di sini (di tenda)," kata Eli sambil tertawa sambil menunjukkan tenda tempatnya bertugas.
Saat ini, ISIS sudah terpojok di Kota Tua Mosul meski demikian baku tembak terus berlangsung dan korban masih berjatuhan.
Para jenderal Irak memperkirakan sekitar 1.000 orang anggota ISIS masih mempertahankan wilayahnya yang tersisa. Sementara para pengamat memperkirakan anggota ISIS yang tersisa tak lebih dari 100 orang saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar