Minggu, 24 September 2017

Kisah Pertemuan Saat Gunung Agung Berstatus Awas

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Sebanyak 15.142 jiwa pengungsi Gunung Agung tersebar di 125 titik sejak ditetapkannya status gunung suci umat Hindu Bali ini menjadi awas per 22 September lalu. Banyak cerita di tengah proses pengungsian masyarakat, salah satunya Ketut Merta yang juga dipanggil Ketut Krebag (35 tahun).

Pria asal Dusun Keladian, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang ini awalnya mengungsi bersama dua anak dan istrinya. Mereka sekeluarga tiba-tiba terpisah di tengah perjalanan, Jumat (22/9) malam. Istri Ketut, Ni Made Sasih (30), dan anaknya Ni Wayan Wulandari (6) dan Ni Kadek Ratih (3) berangkat dari rumah sekitar pukul 19.00 WITA menggunakan sepeda motor bersama Ketut. Ketut menurunkan istri dan kedua anaknya di Dusun Kubakal, Desa Pempatan untuk kembali ke rumah menjemput orang tua mereka.

"Ketika saya kembali ke tempat saya meninggalkan anak istri saya, mereka sudah tidak ada di sana," kata Ketut mengisahkan.

Ketut menduga istrinya yang tengah hamil muda, beserta kedua anaknya ikut dievakuasi dengan kendaraan warga lainnya. Ketut dan orang tuanya kemudian ikut mengungsi ke Dusun Kebon, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli. Dia menduga istri dan anaknya kemungkinan besar juga berada di sana.

Kisah Ketut ini menjadi viral di berbagai grup chat dan media sosial. Warganet kemudian menginformasikan keberadaan istri dan anak-anaknya yang ternyata berada di salah satu titik kumpul penduduk di tengah Bangli. Ketut pun yang sempat melaporkan kasusnya ke Kepolisian Resor Karangasem menyampaikan bahwa mereka sekeluarga sudah berkumpul kembali.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan masyarakat Bali menerapkan konsep sister village untuk ikut membantu pengungsi-pengungsi Gunung Agung, khususnya dari zona berbahaya Karangasem. Masyarakat di Kabupaten Klungkung misalnya menyiapkan lahan khusus untuk penampungan ternak sapi, plus tempat bernaung bagi warga yang menjadi pemilik sapi tersebut. Masyarakat Karangasem sebagian mengungsi ke kabupaten-kabupaten terdekat, seperti Kabupateb Bangli.

"Spontanitas dan gotong royong ini muncul karena solidaritas masyarakat. Saya sendiri jarang menemukan hal ini di tempat lain," katanya.

Pengungsi Gunung Agung saat ini tersebar di tujuh kabupaten, meliputi Kabupaten Badung (lima titik), Bangli (17 titik), Buleleng (10 titik), Denpasar (enam titik), Gianyar (sembilan titik), karangasem (54 titik), Klungkung (21 titik), dan Tabanan (tiga titik). BNPB dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus memperbaharui data.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search